“Di tengah kenaikan konsumsi, laju inflasi inti relatif terjaga didukung ekspektasi kenaikan harga yang relatif stabil,” ucapnya.
BACA JUGA:Polres Metro Perkuat Pengamanan Jelang Pilkada 2024
Konsumsi di triwulan III diprakirakan tetap kuat seiring peningkatan pendapatan di lapangan usaha utama, tercermin dari pertumbuhan NTP yang lebih tinggi.
Junanto memperkirakan, inflasi inti sampai dengan akhir 2024 diprakirakan tetap terjaga seiring dengan masih kuatnya tingkat keyakinan konsumen dan ekspektasi kenaikan harga yang relatif stabil.
Pada kesempatan tersebut, Junanto menekankan, sinergi menjaga stabilitas komoditas pangan menjelang periode nataru perlu ditingkatkan.
Sebab, secara historis dalam 4 tahun terakhir, inflasi pada triwulan IV (Oktober-November) cenderung meningkat dari triwulan sebelumnya seiring peningkatan inflasi VF (beras, hortikultura, dan daging/telur ayam ras) dan AP (tarif transportasi dan rokok).
“Tingkat harga beberapa komoditas utama seperti beras, telur ayam ras dan bawang putih sudah berada pada level yang tinggi,” tuturnya.
BACA JUGA:Ajang EEA 2024, UBL Raih Dua Medali
Adapun substansi koordinasi menjaga inflasi triwulan IV 2024, pertama, perkuat kegiatan pencatatan dan diseminasi stok dan harga komoditas bahan pokok dan strategis sebagai acuan bersama dalam pengendalian inflasi.
Kedua, waspadai risiko banjir pada pada Desember 2024 sampai Januari 2025 seiring potensi peningkatan curah hujan pada puncak periode La-Nina, sinergi dalam memitigasi dan mengatasi lahan terdampak banjir dalam aspek waktu tanam sampai panen, pemetaan curah hujan, serta pengelolaan.
Ketiga, optimalkan peran belanja tidak terduga untuk stabilisasi harga bahan pangan yang berisiko meningkat pada akhir tahun, terutama beras, hortikultura, serta daging dan telur ayam ras (pasca panen dan periode high season HBKN Nataru).
Keempat, sinergi menjaga ekspektasi masyarakat dengan memperkuat diseminasi upaya pengendalian. Meski demikian dirinya tetap ada kemungkinan resiko bias bawah, yaitu proyeksi inflasi pada akhir tahun 2024 berisiko bias bawah seiring tren deflasi mtm yang terjadi dalam beberapa bulan berturut-turut akibat oversupply komoditas pangan pada periode panen raya di tengah kondisi cuaca yang lebih kondusif, terutama di daerah sentra produksi padi di pulau Jawa.
Selain itu, penundaan realisasi kenaikan harga BBM hingga triwulan III 2024 seiring harga minyak dunia yang lebih stabil. (pip/yud)