Pemuda 22 Tahun yang Buat Belanda Kewalahan, Tewas oleh Ulah Pengkhianat
BANDARLAMPUNG – Di kalangan masyarakat Lampung, nama Radin Inten II tentu sudah tidak asing lagi. Ya, dia adalah sosok pejuang kemerdekaan yang diabadikan sebagai nama bandara di Provinsi Lampung.
Namanya begitu masyhur, namun mungkin hanya segelintir orang yang mengetahui sejarah hidup Radin Inten II. Berdasarkan penelusuran, pria yang lahir 1 Januari 1834 ini terhitung masih memiliki garis keturunan dari Fatahillah atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.
BACA JUGA:HUT Kemerdekaan RI: Dari Sejarah, Tradisi, dan Makna
Fatahillah atau Sunan Gunung Jati yang berasal dari Banten ini mempersunting Putri Sinar Alam asal Keratuan Pugung. Perkawinan itu membuahkan seorang putra yaitu Ratu Darah Putih. Kelak, putra Sunan Gunung Jati yang bergelar Minak Kejala Ratu ini menikah dengan seorang putri Sultan Aceh Tun Panatih.
Dari pernikahan itu lahir lahir Radin Inten I. Kemudian, Radin Inten I memiliki putra sulung bernama Radin Imba II. Setelah menikah, Radin Imba II memiliki putra yang diberi nama Radin Inten II. Berarti, putra tunggal Radin Imba II ini merupakan cucu dari Radin Inten I.
Radin Inten II besar tanpa kasih sayang sang ayah. Sebab sebelum Radin Inten II lahir, Radin Imba II ditangkap oleh Belanda karena memimpin perlawanan bersenjata menentang kehadiran penjajah di bumi Lampung. Radin Imba II kemudian diasingkan ke timur.
BACA JUGA:Hei Generasi Penerus, Jangan Lupa Sejarah Bangsa!
Beruntung ketika itu, istri Radin Imba II yang bernama Ratu Mas sedang hamil tua. Ratu Mas tidak ikut dibawa ke pengasingan karena kondisinya yang tidak memungkinkan,
Setelah Radin Imba II ditangkap, Belanda membentuk Dewan Perwalian yang bertugas mengatur jalannya pemerintahan.
Rupanya, semangat dan jiwa nasionalisme Radin Imba II menurun pada sang putra. Ini tidak lepas dari peran Ratu Mas yang kerap menceritakan perjuangan sang ayah kepada Radin Inten II.
Darah nasionalisme ini terus dibawa Radin Inten II hingga dirinya dinobatkan sebagai raja. Setelah diangkat sebagai raja, mulailah Radin Inten II melakukan perlawanan. Tanpa ragu Ia turun langsung memimpin rakyat Lampung Selatan mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya.
Gayung bersambut, seruan perjuangan Radin Inten II ini didukung luas oleh rakyat Lampung Selatan. Bahkan, sejumlah tokoh dari daerah lain juga ikut mendukung perjuangan tersebut.
Salah satunya adalah Kyai Haji Waqiah. Sosok ini merupakan seorang tokoh asal Banten. Setelah perlawanannya terhadap Belanda di Banten kalah, Kyai Haji Waqiah menyingkir ke Lampung. Tokoh lain sebagai pendukung utama Radin Inten II adalah Singa Beranta Saibatin Marga Rajabasa.
Perlawanan dari para tokoh ini cukup merepotkan Belanda. Mereka menggerakkan perlawanan dengan menyasar pos-pos militer Belanda di berbagai daerah. Di antaranya Semaka dan Sekampung.