RAHMAT MIRZANI

Irreplaceable

-Ilustrasi Freepik-

 

Suara itu membuat Nana terkejut. Bagaimana tidak? Dia yang sedang melamun dan bergelut dengan pikirannya sendiri kini tersadar akan suara itu. Pengendara yang dia lihat tadi tiba-tiba saja sudah berada tepat di hadapannya.

 

Benturan Itu. Motor yang Nana lihat di depan matanya itu sudah tidak berbentuk. Keping-kepingan bagian motor itu sudah berserakan. Darah mengalir segar dari kepala sang pengendara. Pakaian yang dikenakan pembalap itu, persis seperti.…

 

Seketika Nana ingin berlari dan menolong pengendara itu, tapi nihil seolah dunia sedang berhenti. Kakinya lemas tidak bisa digerakkan. Pasrah. Ya, Nana pasrah melihat apa yang terjadi di hadapannya itu. Dia tidak tahu harus bertindak bagaimana.

 

Aaah!

 

Nana terbangun dari tidurnya dan sadar sedang bermimpi menjerit hingga membuat ibunya terbangun. Nana berpikir itu hanya sebuah mimpi buruk, tapi kenapa rasanya seperti nyata sekali?

 

"Ervan, baju itu persis seperti milik Ervan!" pekik Nana. Namun, tak mungkin baju itu hanya ada satu di dunia ini, pikir Nana. Pasti pabrik pembuatnya memproduksi hingga ratusan baju. Oleh karena itu, Nana segera menepiskan pikiran buruk tentang Ervan. Nana melanjutkan tidurnya dan berusaha untuk tenang serta berpikir bahwa semuanya baik-baik saja.

 

Tak terasa sudah pagi. Apa yang terjadi semalam hanya sebuah mimpi dan bukan pertanda apapun itu. Dia berpikir untuk menyapa Ervan. Nana akhirnya mengirimkan pesan untuk Ervan sekadar basa-basi seperti yang biasa dilakukan.

 

Tag
Share