RAHMAT MIRZANI

Irreplaceable

-Ilustrasi Freepik-

Sepertinya Ervan sudah tidak waras atau mungkin dia memiliki penyakit. Hari ini dia benar-benar bersikap aneh, bahkan kelewat batas dan tidak masuk akal.

 

"Tenang aja, pasti ayah selalu jagain aku," Nana menjawab seperlunya saja.

 

Ia sudah malas membahas masalah ini dan untuk mengalihkan pembicaraan ia kembali bertanya, "Terus mau berangkat pukul berapa? Daripada nanti kemalaman, lebih baik kamu berangkat sekarang."

 

Ervan menyetujui saran Nana untuk segera berangkat ke rumah temannya. Malam itu benar-benar tenang. Langit tampak indah dihiasi bulan purnama dan dikelilingi bintang yang berkilauan. Siapa sangka kalau malam itu adalah malam yang menjadi saksi percakapan serta candaan terakhir bagi Nana dengan sahabatnya itu.

 

Nana sudah berada di atas kasurnya. Dia sudah berdoa sebelum tidur, tapi ada satu hal yang terus mengganjal pikirannya. "Chat Ervan nggak, ya?" Nana bertanya dalam hati, haruskah dia menghubungi atau membiarkan laki-laki itu yang mengabarinya setelah pulang nanti.

 

*****

 

Berada di jalan yang sepi karena tidak ada satupun kendaraan yang lewat membuat Nana merasa jenuh dan tentu saja mau tidak mau dia harus tetap berjalan meski tanpa tujuan. Sekitar jarak 100 meter ada satu kendaraan yang sedang melaju dengan kecepatan yang tinggi. Nana sangat bingung dengan pengendara itu, apakah seorang pembalap yang sedang menguasai jalanan untuk balapan? Tapi kenapa hanya sendirian? Harusnya dia bersama pembalap lain memacu adrenalin dan tertawa seperti orang gila di atas kendaraannya. Biasanya pembalap akan seperti itu, seperti tidak punya akal sehat ketika akan bertanding. Apapun mereka lakukan demi sebuah penghargaan yang tidak sebanding dengan keselamatannya.

 

Duarr….

Tag
Share