Rabu, 04 Des 2024
Network
Beranda
Berita Utama
Ekonomi Bisnis
Lampung Raya
Politika
Olahraga
Metropolis
Lainnya
Advertorial
Edisi Khusus
Iklan Baris
Sosok
Bursa Kerja
Arsitektur
Wisata dan Kuliner
Otomotif
Teknologi
Lifestyle
Kesehatan
Hobi
Kriminal
Pendidikan
Edisi Ramadan
Network
Beranda
Lainnya
Detail Artikel
Tapis Tenun untuk Bu Lia
Reporter:
Rizky Panchanov
|
Editor:
Rizky Panchanov
|
Jumat , 29 Dec 2023 - 20:35
foto is-FOTO IST-
***
tapis tenun untuk bu lia oleh isna lailatul azmi - smp satya dharma sudjana kriiinggg! dering bel istirahat mengakhiri pelajaran bahasa indonesia di kelas ix a. tak sampai hitungan menit, kelas pun kosong. yang tampak hanyalah sekumpulan anak-anak perempuan di kursi barisan paling belakang yang masih memilih untuk tetap berada di kelas. "kalian tahu tidak, wali kelas kita sebentar lagi purnatugas?" ujar fara, seorang anak perempuan berambut sebahu. lantas, yuna, si gadis berkacamata kotak di depannya menatap fara dengan penuh selidik. "ya, aku sudah tahu,” jawab yuna dengan nada sedikit mengejek. baca juga:panda kecil fara pun hanya menggerakkan bola matanya sebagai respons. memang yuna adalah si paling updated tentang semua informasi terbaru di sekolah. di tengah perbincangan mereka, dari ambang pintu muncul seorang gadis bermata sipit, berkulit putih, dan berambut hitam panjang terurai. ya, itu ela. sambil bersenandung kecil, dia berjalan mendekati kedua sahabatnya itu. "egham-ku di lampung…." ucap ela bersenandung. mungkin karena di kelas hanya ada mereka bertiga, senandung kecil ela yang sampai terdengar di telinga fara dan yuna membuat mereka menoleh ke sumber suara. "ela! sini!" suara fara menghentikan senandung kecil ela. baca juga:dia milikmu bukan milikku "kalian ngomongin apa? seru banget, kayaknya!" tanya ela sembari meneguk minuman di tangannya. "eh, kamu udah denger belum kalau bu lia sebentar lagi purnatugas?" tanya ela. "hah? serius? kok, aku baru tau, ya?" ela sedikit melotot. fara mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan sampai wajahnya hampir menyentuh wajah ela. "aku gak sengaja denger dari kelas sebelah, tapi aku ngga tau juga kabar ini bener atau nggak," kata fara dengan berbisik. ela menggangguk paham. ia terdiam sejenak sebelum kembali bersuara. "kalau memang iya, bagaimana kalau kita memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan?” "kalau begitu, kita ajak teman-teman sekelas. bisa kita pikirin bareng-bareng mau kasih hadiah apa untuk bu lia,” ucap fara. *** ela sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang di kamar bernuansa dominan putih dan cokelat muda lengkap dengan lukisan-lukisan abstrak yang tersusun apik berjejer di pojok ruangan. tepat di samping lemari kayu tersampir kain tapis bermotif tajuk ayun yang mampu memanjakan mata siapa pun yang melihatnya. kedua netranya menatap kain tapis berhias benang emas itu. ia sempat berpikir untuk memberikan kain tapis tersebut sebagai hadiah kepada bu lia. namun, kain tapis itu adalah hasil sulaman sang nenek. ela menghela napas panjang. kedua telapak tangannya menutup wajahnya. ela mengusapnya dengan kasar berkali-kali. ia merasa harus menjernihkan pikiran terlebih dahulu. mungkin tidur lebih awal adalah jawabannya. tiba-tiba .... tok! tok! tok! "elana, makan malam sudah siap, nak!" kata bunda dari balik pintu. ela terkejut. "iya, bun! tunggu sebentar!" sahut ela. dengan malas, ia turun dari ranjang dan berjalan gontai keluar kamar menuju ruang makan. "bun, bu lia, guru ela, sebentar lagi sudah akan purnatugas. ela berniat memberi sedikit barang berharga sebagai kenang-kenangan untuk bu lia." ela menjeda perkataannya membuat bunda menunggu kelanjutannya. "ela kepikiran untuk memberikan kain tapis yang ada di kamar, tapi ....” bunda terdiam. suasana sempat hening beberapa detik. “hm ... gimana kalau ela buat sendiri?” ela yang patah semangat seakan langsung mendapat pencerahan dari bunda. ia tersenyum senang. ela menganggukkan kepalanya setuju, tetapi masih ada beberapa keraguan yang mengganjal dihatinya. "oke, bun, tapi dengan siapa dan di mana ela belajar menenun tapis?” "ah, itu gampang. bunda akan diskusi dulu sama ayah. pasti ada solusinya!" bunda berhasil menangkis semua keraguan yang ada di hati ela. *** kabar bu lia akan purnatugas sudah didengar oleh teman-teman sekelas. mereka berencana untuk membeli buket bunga dan mengadakan acara makan bersama. beberapa guru bahkan ingin ikutan nimbrung pada acara ini. ela menyampaikan maksunya untuk memberikan kenang-kenangan berupa kain tapis kepada bu lia. dukungan dari teman-teman sekelas membuatnya semakin bersemangat. jam sekolah telah usai. ela pun menunggu kedatangan ayah di depan gerbang sekolah. terik matahari menyengat kulit kepala ela hingga butiran-butiran keringat membasahi hampir sebagian wajahnya. ela berkali-kali mengusap keringat di dahinya. akhirnya yang ela tunggu datang. sebuah mobil hitam melaju dari arah berlawanan. ela masuk mobil dan duduk di samping kursi kemudi. ia menghadap ke arah kaca jendela yang menyuguhkan pemandangan kota bandar lampung. sepanjang perjalanan, ayah tak berkata sepatah kata pun. akhirnya ela tertidur karena bosan. ela pun terbangun saat ayah menghentikan mobil di halaman rumah panggung khas lampung. terdapat plang bertuliskan nuwo sanggar tapis lampung. ela sedikit heran. rupanya bunda telah menceritakan semuanya kepada ayah sampai akhirnya ayah berinsiatif untuk mengajaknya ke sini. "akhirnya yang ditunggu datang juga! hahaha...." ucap seorang pria paruh baya menyapa ayah dengan ramah dan ceria karena sepertinya keduanya sudah saling mengenal. sesuatu yang menarik perhatian mata elana adalah kopiah emas dengan motif khas lampung yang dipakai oleh pria paruh baya itu. "ela, kenalkan ini pak hasan, pemilik sanggar ini. nanti beliau akan mengenalkanmu pada salah satu penenun di sini,” ucap ayah mencoba menjelaskan. ela pun mengangguk kemudian berjabat dangan dan mencium punggung tangan pak hasan. di ruangan tengah, ela langsung disambut dengan berbagai kain tapis yang ditenun menjadi berbagai barang, seperti pakaian, peci, dompet dengan motif yang berbeda-beda. di dinding juga dipajang beberapa penghargaan yang diraih oleh nuwo sanggar tapis lampung ini dari tingkat daerah hingga nasional. ketika masuk ke ruangan berikutnya, ela terkejut melihat banyaknya pengrajin kain tapis yang mayoritas ibu-ibu. pak hasan bercerita bahwa beliau mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar nuwo sanggar ini. selain itu, beliau juga mempekerjakan pemuda dan pemudi desa yang tidak memiliki pekerjaan. pandangan ela tertuju pada seorang perempuan muda yang sedang menenun kain tapis dengan motif tajuk ayun. ela berjalan mendekati perempuan muda itu dan berdiri di sampingnya. ela mengamati lincahnya jari jemari perempuan muda itu memasukkan benang emas di kain berloreng merah dan hitam yang dijepit dua buah batang bambu. tiba-tiba mata ela terusik oleh pemandangan yang sedikit menyentil hatinya. ternyata perempuan cantik itu seorang tuna daksa. kaki sebelah kanannya tidak sempurna, mengecil di bagian bawah. perempuan muda itu seperti tersadar pada tatapan aneh ela. ia pun menghentikan aktivitasnya, "kamu pasti ela, kan? mau belajar buat kain tapis?" "iya, gimana kakak bisa tau?" ucap ela. perempuan muda berusia sekitar 20-an tahun itu tertawa karena ucapan ela. “kenalin, nama saya ana. panggil aja kak ana,” ucap kak ana. kak ana menyodorkan tangannya. ela pun membalas jabat tangan kak ana. *** kini hari-hari ela disibukkan dengan kegiatan menenun tapis. ternyata menenun tapis bukanlah pekerjaan mudah. dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam membuatnya. apalagi semua itu ela lakukan dengan sisa-sisa tenaganya yang telah terkuras karena kegiatan dan tugas-tugas sekolah serta persiapan acara perpisahan bu lia yang semakin dekat. ela pun nyaris putus asa dibuatnya. “bagaimana, ela? kamu sudah selesai menenun tapisnya?” tanya kak ana sore itu. ela hanya terdiam. kali ini ela kembali membuat kesalahan lagi. untuk kesekian kalinya ela harus membongkar tenunan yang sudah dibuat dengan susah payah karena keteledorannya. karena begitu putus asanya, tanpa sadar ela membanting kain yang belum selesai itu. kak ana yang melihat kejadian itu pun segera mendekatinya. “ela, kenapa? lelah, ya? kalau kamu lelah, kamu boleh, kok, beristirahat. jangan memaksakan dirimu jika kamu sedang tak ingin menenun!” kata-kata kak ana begitu lembut. dia lalu meraih kain tapis yang tergeletak di lantai dan meletakkanya di meja. “ela, semua benda yang kita buat dengan rasa sabar dan sayang ketika sudah jadi nanti akan jauh terlihat lebih cantik dan mendatangkan manfaat untuk siapa pun. tak hanya itu, rasa puas dan bangga akan menjadi pengobat lelah kita ketika kita berhasil membuatnya,” ucap kak ana sambil mengusap rambut ela dengan lembut. “dulu juga kakak sempat bertanya-tanya kepada tuhan, mengapa tuhan menciptakan kakak berbeda dengan orang lain? kemudian kakak sadar. tuhan rupanya sayang kepada kakak. jika dulu kakak berputus asa menerima takdir yang tuhan berikan, kakak tak akan pernah mampu menyulam tapis-tapis ini dengan baik. mungkin kakak akan selalu bersedih dan melamun sepanjang hari karena keadaan kakak ini,” kata kak ela sambil memandang deretan kain-kain tapis yang terjejer rapi di hadapannya. “kain-kain tapis inilah yang menjadi penyemangat kakak. mereka memang benda mati, tetapi merekalah yang menemani hari-hari kakak, membuat kakak berguna, dan merasa dihargai oleh orang lain.” kata-kata yang meluncur dari bibir kak ana seakan menampar hati ela. betapa tak bersyukurnya ela selama ini. hanya karena rasa bosan dan rasa lelah membuatnya mudah menyerah dan berputus asa. “lihatlah dirimu ela. kau normal, cantik, pintar, dan memiliki banyak teman. kau pasti bisa lebih baik daripada kakak. ingat! kain tapis ini kau buat untuk orang yang sangat kau sayangi, bu lia. jadi buatlah tapis dengan hati bahagia bukan terpaksa apalagi marah agar kelak bu lia merasakan betapa besar rasa sayangmu pada beliau,” kata kak ana lembut. ela pun memeluk kak ana. air mata yang tumpah menjadi saksi penyesalannya. semenjak peristiwa itu, ela semakin bersemangat menyulam tapis untuk bu lia. berkat ketelatenan dan kesabaran kak ana, ela pun berhasil menyelesaikan selendang tapis kecil bermotif tajuk ayun bertuliskan lia sastika, nama bu lia, wali kelasnya. ela juga menemukan sahabat baru yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. kak ela banyak mengajarkan kepadanya tentang arti bersyukur. hari perpisahan dengan bu lia pun tiba. hari ini ela dan teman-teman sekelas mengadakan acara kecil-kecilan untuk wali kelas kami. haru dan bahagia menyelimuti perasaan mereka sebagai anak didiknya. dengan bangga ela menyerahkan kain tapis hasil sulaman tangannya sendiri kepada bu lia. ela memakaikan di pundaknya. beliau tampak begitu anggun mengenakannya. rona bahagia terpancar dari wajahnya. “terima kasih, ela. kau kah yang menyulamnya?” tanya bu lia. “ya, bu. apakah ibu senang?” “sangat senang ela. ini hadiah terbaik yang pernah saya terima, apalagi motif tapis tajuk ayun ini tidak mudah untuk dibuat karena butuh ketelitian dan kesabaran,” kata bu lia senang. benar kata kak ana, sesuatu yang kita buat dengan rasa sayang akan mendatangkan kebahagian juga untuk orang lain. ***
First
«
2
3
4
5
Tag
# tapis
# cerita pendek
# cerpen
# sms
# sastra milik siswa
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Koran Radar Lampung Minggu 31 Desember 2023
Berita Terkini
Balai Karantina Lampung Gagalkan Penyelundupan 2.475 Burung, Disembunyikan di Dalam Truk Sayur
Metropolis
6 jam
Pemerintah Bentuk Satgas Guna Redam Banjir Impor
Ekonomi Bisnis
6 jam
Empat Sektor Jadi Fokus Utama Pemerintah
Ekonomi Bisnis
6 jam
Barcelona vs Mallorca 5-1, Blaugrana Akhirnya Raih Kemenangan
Olahraga
7 jam
Timnas Indonesia Target Menang Lawan Myanmar di Laga Perdana Piala AFF 2024
Olahraga
7 jam
Berita Terpopuler
Iklan Baris 4 Desember 2024
Iklan Baris
21 jam
Ela-Azwar Unggul di Pleno Rekap Pilkada Lampung Timur 2024
Politika
20 jam
PLN Gandeng UIN RIL Kaji Penambahan Lokasi Strategis SPKLU
Ekonomi Bisnis
20 jam
Puluhan Warga Delapan Desa di Mesuji Tuntut Pembebasan Lahan yang Dikuasai PT PAL
Lampung Raya
18 jam
Cuaca Buruk Diprediksi hingga Beberapa Hari ke Depan
Berita Utama
19 jam
Berita Pilihan
Tijjani Reijnders, Pemain Keturunan Indonesia Dilirik Real Madrid dan Chelsea
Olahraga
1 hari
Aksi Aipda Deni Tangkap Buronan Curanmor saat Hendak Rayakan Ulang Tahun Bersama Keluarga
Metropolis
2 hari
Gubak Hills Cafe & Nature, Camping di Atas Bukit dengan View Kota Bandar Lampung
Wisata dan Kuliner
4 hari
Rangking Timnas Indonesia Naik ke-125 Dunia, Tertinggi Sejak Tahun 2011
Olahraga
5 hari
Bertualang Sambil Healing ke Air Terjun Batu Putu
Wisata dan Kuliner
1 minggu