Mahfud MD Nilai Permintaan KPK agar Laporkan Dugaan Mark Up Whoosh Tidak Tepat
Mahfud M.D. menilai KPK tak perlu menunggu laporan masyarakat untuk menindaklanjuti dugaan markup proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung. -FOTO DISWAY -
“Bukan diperiksa loh, tapi dimintai keterangan,” tulisnya.
Mahfud juga menyampaikan keherananya jika lembaga sebesar KPK tidak tahu bahwa NusantaraTV sudah menyiarkan masalah tersebut sebelum saya membahas di podcast TERUS TERANG. Terlebih hal itu sudah saya sebutkan juga. Coba lihat lagi,” tutupnya.
Kemelut Whoosh dan dugaan mark up berhembus pasca Purbaya Yudhi Sadewa selaku Menteri Keuangan Indonesia untuk tidak akan membantu pembayaran hutang pembangunan kereta cepat ini menggunakan APBN.
Diketahui bahwa hutang Whoosh ke China mencapai Rp 116 triliun, sedangkan pada semester II 2024, KAI sudah rugi Rp1.9 triliun pada setahun terakhir.
Selama satu tahun kalender 2024, kerugian mencapai Rp2,69 triliun dan pada semester I 2025 mencatat kerugian Rp1 triliun, di mana hal ini sangat membebani keuangan KAI.
Adapun total investasi untuk proyek Kereta Cepat Whoosh mencapai 7.2 miliar dolar AS atau setara Rp116.54 triliun dengan kurs Rp16.186 per dolar AS, di mana jumlah itu juga meliputi tambahan biaya atau cost overrun 1.2 miliar dolar AS atau Rp19.42 triliun.
Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Perkasa Roeslani mengatakan pihaknya masih mengkaji skema pembayaran utang kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh).
"Untuk penyelesaian KCIC, opsi-opsi ini sedang kita kaji. Dan kalau opsi itu, penggajian itu sudah selesai, kita akan paparkan ke semua kementerian terkait. Karena kan ada Kementerian Perhubungan, ada Menko, ada Menteri Keuangan, dan ada DEN, Pak Luhut," kata Rosan, Minggu, 19 Oktober 2025.
Rosan mengungkapkan bahwa kajian ini dilakukan bersama dengan pihak China, khususnya National Development and Reform Commission (NDRC).
Sebab, proyek Whoosh juga memiliki arti penting bagi China lantaran merupakan bagian dari program Presiden Xi Jinping.
"Ini juga buat mereka hal yang sangat penting, karena merupakan program dari Presiden Xi Jinping pada waktu itu. Jadi tolong bersabar, semuanya sedang kami kaji," jelas Rosan.
Rosan meminta publik untuk bersabar. Ia berharap jangan sampai nantinya penyelesaian utang ini malah akan menjadi beban baru bagi perusahaan pelat merah itu.
"Jadi, tolong bersabar. Ini opsi saja kita sedang kaji semua. Dan bukan hanya dari semata-mata, kalau saya bilang dari finansial saja bukan seperti itu. Ini kelanjutannya seperti apa, dari segi supaya ke depannya ini berjalan dengan baik," ungkapnya.
"Dan juga dampaknya ke KAI juga positif. Karena ini kan kalau nanti dampaknya ke KAI, dampaknya ke pelayanan KA yang lainnya," sambungnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa China menyetujui langkah restrukturisasi utang proyek KCJB atau Whoosh.