Meneguhkan Persatuan, Menolak Perpecahan

Radar Lampung Baca Koran--

Spirit Maulid Nabi

BANDAR LAMPUNG - Setiap bulan Rabiul Awal tiba, hati umat Islam dipenuhi kegembiraan. Inilah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sosok agung yang diutus Allah SWT sebagai rahmatan lil ‘alamin –rahmat bagi seluruh alam.

Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bandarlampung Drs. Hi. Makmur, M.Ag. mengatakan peringatan Maulid Nabi bukanlah sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum untuk merenungi kembali keteladanan nabi.

BACA JUGA:Lima Dosen UIN RIL Lolos Open Panel AICIS+ 2025

Sebab di tengah situasi bangsa yang kerap dilanda polarisasi dan perpecahan sosial, semangat Maulid Nabi menghadirkan pesan yang sangat relevan: meneguhkan persatuan dan menolak perpecahan.

Makmur menjelaskan, sejarah mencatat, sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab hidup dalam suasana penuh pertikaian. Perang antarsuku berlangsung berkepanjangan, sering hanya dipicu persoalan sepele. 

Namun, melalui dakwah Nabi Muhammad, masyarakat yang tercerai-berai itu berhasil dipersatukan dalam ikatan iman. Al-Qur’an menegaskan: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali Imran: 103).

“Ayat ini menjadi pedoman kuat bahwa persatuan adalah salah satu tujuan utama risalah Islam. Nabi bukan hanya mengajarkan tauhid, tetapi juga membangun ukhuwah: ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia),” beber Makmur.

Menurutnya, Nilai ukhuwah ini tergambar jelas dalam Khutbah Wada‘ (khutbah perpisahan). Rasulullah  menegaskan nilai-nilai dasar yang mengokohkan umat: penghormatan terhadap darah, harta, dan kehormatan sesama manusia. 

Beliau mengingatkan, tidak boleh ada penindasan, diskriminasi, atau perpecahan karena suku maupun status sosial. Semua manusia, kata Nabi, berasal dari Adam dan Hawa, dan yang membedakan hanyalah ketakwaan.

Pesan ini sangat relevan untuk Indonesia yang majemuk. Dengan lebih dari 700 suku, beragam bahasa, budaya, dan agama, bangsa ini hanya bisa berdiri kokoh bila warganya berpegang pada nilai persaudaraan, bukan perpecahan.

“Tapi, kita menyaksikan akhir-akhir ini bagaimana kehidupan bangsa sering diwarnai polarisasi politik, perdebatan yang memecah belah, hingga maraknya ujaran kebencian di media sosial. Tidak jarang, perbedaan pandangan agama maupun politik berubah menjadi pertikaian yang melemahkan ikatan persaudaraan,” ujarnya.

Padahal, fenomena itu sejatinya bertentangan dengan teladan Nabi. Rasulullah mengajarkan kelembutan, toleransi, dan kasih sayang. Bahkan kepada orang yang menyakitinya, beliau tetap mendoakan kebaikan. Keteladanan inilah yang seharusnya menginspirasi umat Islam dalam menghadapi dinamika zaman dengan kepala dingin, bukan dengan amarah dan kebencian.

Spirit Maulid sebagai Obor Persatuan

Tag
Share