Nestle capai target pengurangan karbon emisi lebih cepat satu tahun dari target awal

Pertanian regeneratif oleh petani kopi: Nestlé turut mencatat keberhasilan dalam mengimplementasikan program pertanian regeneratif di lebih dari 2.000 petani kopi rakyat di Lampung melalui inisiatif RegenTa yang merupakan bagian dari Nescafé Plan 2030. Pr--

BACA JUGA: Kebijakan Trump Guncang Industri Aviasi

Di Indonesia, Nestlé telah bermitra dengan para peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka melalui pertanian regeneratif.

“Sejak 1975, kami telah melakukan pendampingan dan edukasi teknis, bantuan sarana produksi, hingga akses ke pasar maupun keuangan kepada para mitra peternak. Melalui upaya-upaya ini, Nestlé mampu menggunakan 100 persen susu segar hasil dari peternakan rakyat sebagai bahan baku produksi susu murni BEAR BRAND,” jelas Mirna Tri Handayani, Business Executive Officer Adult Dairy.

"Selain itu, kami juga membantu mitra peternak sapi perah rakyat membangun lebih dari 8.800 kubah biogas dan 2.400 unit slurry application sebagai sumber pupuk," katanya.

Nestlé turut mencatat keberhasilan dalam mengimplementasikan program pertanian regeneratif di lebih dari 2.000 petani kopi rakyat di Lampung melalui inisiatif RegenTa yang merupakan bagian dari Nescafé Plan 2030.

BACA JUGA:Tiga Hakim Jadi Tersangka Kasus Suap Ekspor CPO, Kejagung Lakukan Penahanan

“Program ini membantu petani meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan menciptakan sumber pendapatan tambahan melalui diversifikasi tanaman (agroforestry) dan peternakan yang sesuai dengan kondisi lokal. Lebih lanjut, melalui Farmer Business School, petani kopi tidak hanya meningkatkan praktik pertanian mereka, tetapi juga mengembangkan keterampilan kewirausahaan yang membantu mereka mengelola bisnis pertanian mereka dengan lebih baik. Hingga akhir 2024, secara global Nestlé telah berhasil memperoleh 21,3% bahan baku utama dari petani yang menerapkan praktik pertanian regeneratif, yang melampaui target awal 20% pada 2025,” jelas Syahrudi, Head of Sustainable Agri PT Nestlé Indonesia.

Langkah lain dalam mewujudkan keberlanjutan adalah transisi dari kemasan plastik konvensional ke kemasan yang lebih ramah lingkungan, di mana pemakaian plastik virgin telah berkurang 21,3% sejak 2018 secara global melalui berbagai upaya seperti penggunaan plastik daur ulang dalam kemasan hingga penerapan desain kemasan yang lebih efisien dalam penggunaan material.

"Di Indonesia sendiri, inisiatif nyata yang dilakukan meliputi mengganti seluruh sedotan plastik di produk ready-to-drink dengan sedotan kertas, menggunakan kemasan plastik yang memiliki kandungan daur ulang (recycled content), melakukan desain kemasan yang dapat mengurangi penggunaan plastik dan bertransisi menggunakan bahan kemasan plastik yang dapat didaur ulang (recyclable),” jelas Maruli Sitompul, Sustainability Delivery Lead PT Nestlé Indonesia.(*)

Tag
Share