Pasien Batal Operasi akibat Pelayanan Buruk, RSUDAM Minta Maaf

Rabu 10 Jul 2024 - 21:08 WIB
Reporter : Muhammad Arief
Editor : Taufik Wijaya

’’Ya, saya merasa pelayanan RSUD Abdul Moeloek benar-benar buruk karena hal kecil seperti itu pun mereka tidak menyiapkan. Akhirnya, saya minta operasinya dibatalkan saja,” tukasnya.

BACA JUGA:BPK juga Temukan Masalah pada Penyaluran Hibah Pemkab Lamsel

’’Karena kondisi istri saya juga dilihat sudah enggak memungkinkan. Selain karena psikisnya terganggu, tensinya juga naik malam itu,” lanjutnya.

Tulus tentu saja menyesalkan pelayanan RSUDAM. Apalagi, RSUDAM merupakan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung. Dia berharap pemerintah melakukan evaluasi secara serius di RSUDAM.

Sebab, dia meyakini pengalaman buruk serupa juga dialami banyak pasien lain. ’’Mesti jadi perhatian Pemprov Lampung, termasuk Badan Pengelola Aset Daerah. Karena setahu saya, anggaran dari pemprov turun ke RSUDAM untuk pengadaan. Apa mungkin mereka salah beli barang yang seharusnya beli seprai malah beli sepatu dokter atau perawat,” cetusnya seraya berharap ke depan ada perubahan yang lebih baik agar tak ada lagi pasien yang mendapat perlakuan seperti dirinya.

’’Biarlah saya yang terakhir ngalamin kayak gini. Ke depan jangan ada lagi korban lain,” tegasnya.

Terkait keluhan ini, pihak RSUDAM langsung menyampaikan permohonan maaf. Selain meminta maaf, Wakil Direktur Keperawatan, Pelayanan, dan Penunjang Medik RSUDAM dr. Imam Ghozali menyatakan kasus tersebut akan menjadi bahan evaluasi.

RSUDAM, kata dr. Imam, akan terus melakukan perbaikan sistem agar kejadian tersebut tidak terulang. Pihaknya juga berkomitmen memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Lampung.

“Dengan niat baik kita sebagai mitra masyarakat Lampung menjadikan rumah sakit ini sebagai sahabat masyarakat Lampung untuk bisa melayani dengan baik,” ujar dr. Imam Ghozali, Rabu 10 Juli 2024.

dr. Imam menjelaskan pasien tersebut merupakan pasien terencana, bukan pasien emergency. Sehingga cara masuk ke rumah sakitnya bukan melalui instalasi gawat darurat (IGD) seperti yang terjadi kemarin, namun melalui rawat jalan atau poli.

’’Pasien ini bukan pasien emergency dan seharusnya masuk lewat rawat jalan, bukan lewat IGD,” jelasnya.

’’Tetapi kalau lewat IGD maka harus dipersiapkan ruangannya sehingga harus menunggu. Pasien terencana sudah terjadwal. Mereka masuknya lewat poli, bukan IGD. Karena IGD hanya untuk pasien emergency,” sambungnya.

Terkait seprai yang tidak terpasang di bed, dr. Imam menyampaikan saat bed tidak terisi pasien, maka seprai memang tidak dipasang. Tujuannya agar seprai tidak kotor saat akan digunakan oleh pasien yang akan menjalani rawat inap.

’’Kalau dipasang biasanya ditempati oleh keluarga pasien sebelahnya. Sehingga setiap pergantian pasien segera dipasang. Memang bed-nya ada bercak, tetapi itu bersih,” ungkapnya.

Dia juga mengucapkan terima kasih atas masukannya untuk menyimpan seprai di setiap ruangan perawatan. Selain itu juga akan ditambah tim untuk melakukan pemantauan.

’’Terima kasih atas masukannya dan memang di ruang perawatan itu tidak boleh ada lemari yang menumpuk, bahkan kertas saja sudah tidak diperkenankan lagi, apa lagi menyimpan selimut dan seprai,” paparnya.

Tags :
Kategori :

Terkait