Ketika Bahasa Bergerak: Dari Sayang Menjadi Seng dan Dinamika Perubahan Makna di Era Gen Z

Abethia Cahyarani, (Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung)--

Oleh: Abethia Cahyarani

(Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung)

 

Bahasa adalah cermin zaman. Ketika dunia berubah, bahasa ikut bergeser mengikuti arus sosial, budaya, dan teknologi. Tidak heran jika banyak orang dewasa tercengang ketika mendengar anak muda berkata, “lagi apa seng?”.

Bagi sebagian orang, bentuk bahasa tersebut dianggap menyimpang. Namun dalam kajian semantik, fenomena ini justru merupakan contoh nyata bagaimana bahasa hidup dan berkembang.

Menurut Sumarti (2017) dalam bukunya Semantik: Sebuah Pengantar, semantik mempelajari makna bahasa, termasuk perubahan makna yang terjadi karena perkembangan penggunaan dan konteks sosial.

Perubahan makna merupakan proses kebahasaan yang wajar dan tidak pernah berhenti selama penuturnya terus berbahasa. Sementara itu Kridalaksana (2009) menyebut perubahan makna sebagai akibat interaksi sosial, inovasi, dan kreativitas berbahasa penutur.

Fenomena perubahan makna tampak jelas pada kata seng. Secara leksikal, seng memiliki arti lembaran logam tipis yang biasa digunakan untuk atap rumah. Namun, dalam bahasa gaul Gen Z, seng telah berubah menjadi panggilan untuk orang terkasih, yakni bentuk penyingkatan dari kata sayang.

Proses ini menunjukkan perubahan makna total yang dipengaruhi kreativitas fonologis dan kebutuhan komunikasi ringkas di ruang digital. Makna benda konkret bergeser menjadi makna afektif interpersonal.

Contoh berikutnya adalah kata receh. Pada awalnya, receh merujuk pada uang logam bernilai kecil. Kini kata tersebut bergeser maknanya menjadi humor ringan atau sesuatu yang sederhana tetapi menghibur. Contohnya kalimat “humornya receh tapi bikin ngakak".

Perubahan ini dikategorikan sebagai pergeseran makna, karena masih mempertahankan nuansa nilai kecil, tetapi berpindah ranah dari ekonomi ke sosial emosional.

Sementara itu, kata healing mengalami perluasan makna. Dalam psikologi, healing memiliki arti pemulihan trauma atau kondisi emosional yang serius.

Namun dalam penggunaan saat ini, healing merujuk pada aktivitas liburan, rekreasi, atau kegiatan menyegarkan diri secara umum. Media sosial menjadi salah satu faktor yang mempercepat perluasan makna tersebut.

Melalui contoh-contoh tersebut, dapat dipahami bahwa perubahan makna bukanlah bentuk penyimpangan bahasa, tetapi bagian dari evolusi bahasa yang mengikuti kebutuhan penutur.

Tag
Share