Mimpi Indah Putri Ayah

Jumat 21 Jun 2024 - 19:42 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Rizky Panchanov

Annisa hanya diam, mengeratkan pelukannya di pinggang sang Ayah. 

 

"Ayah harus makin semangat kerjanya." 

Mendengar semangat dari sang Ayah, hati Annisa terasa melemah. 

"Nisa nggak mau kuliah, Ayah," lirihnya, ragu-ragu. Ucapan yang terdengar itu membuat senyum Sunarno pudar. 

"Kenapa, Nak?"

"Annisa tidak mau merepotkan Ayah terus," jawab Annisa. 

Tentu jawaban itu membuat sang ayah menghentikan sepedanya. Ia kemudian turun dari sepeda tua itu. 

"Annisa kok mikir begitu?" tanya Sunarno, menatap serius.

"Aku mana tega, Ayah! Melihat Ayah kesusahan angkat tumpukan karung di pasar. Melihat Ayah kepanasan jualan koran di pinggir jalan. Aku nggak bisa lihat itu!" tangis Annisa pecah seketika. Ia melanjutkan perkataannya, "Gimana kalau nanti Annisa nggak berhasil jadi dokter? Gimana kalau Annisa malah membuang-buang usaha Ayah? Annisa nggak mau Ayah sakit gara-gara Annisa!" 

Melihat sang anak menangis sesenggukan, Sunarno hanya diam. Ia membiarkan Annisa menyelesaikan tangisnya sembari mengusap pucuk kepalanya pelan. Saat tangis itu mulai mereda, Sunarno menghela napas panjang, sebelum akhirnya mengusap pipi sang putri. 

"Nduk, dengerin Ayah. Ayah cuma punya kamu satu-satunya. Kebahagiaan ayah hanyalah kamu. Kamu harus mengejar harapan kamu," Sunarno menjeda sebentar penjelasannya. 

"Ayah nggak pernah lelah demi senyummu. Ayah bisa lakukan apa saja. Toh kalau Ayah sakit nantinya, kan ada putri Ayah yang akan mengobati. Dokter Annisa!" tegasnya. Lalu, ia mencium kening Annisa. 

"Soal biaya itu sudah tugas Ayah. Sekarang Ayah cuma mau Annisa janji untuk nggak akan pernah mematahkan harapan milik Annisa, karena bahagia Ayah ialah lihat Annisa sukses. Annisa nggak mau buat Ayah sedih, kan?" Sunarno menyodorkan kelingking, menunggu Annisa menautkan kelingking miliknya. 

"Tapi, Ayah …” sela Annisa.

"Putri Ayah nggak pernah ragu untuk berusaha," tekan Sunarno yang lantas membuat Annisa mulai merasa bangkit. Ia menautkan kelingking ke jari sang Ayah. 

Kategori :

Terkait

Jumat 09 Aug 2024 - 21:35 WIB

Untaian Asa

Jumat 02 Aug 2024 - 21:40 WIB

One of the Standards of Beauty

Jumat 26 Jul 2024 - 22:34 WIB

Beda yang Sama

Jumat 19 Jul 2024 - 22:15 WIB

Irreplaceable

Jumat 12 Jul 2024 - 22:20 WIB

Manusia Pilihan