Gula Pasir Mulai Langka

Minggu 12 Nov 2023 - 20:21 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Agung Budiarto

JAKARTA - Stok gula pasir berkurang. Para pedagang pun melakukan antisipasi dengan membatasi jumlah pembelian.

Seperti yang terpantau pada sejumlah supermarket di wilayah Cirendeu dan Pamulang. Harga gula pasir dari sebelumnya Rp13.990, kini naik Rp15.990 per kilogram.

Selain itu, pihak supermarket pun menambahkan tulisan setiap pembelian maksimal 2 kilogram.

’’ Iya ini memang sudah sepekan naik harga. Kami juga kurang tahu kenapa," kata salah satu karyawan Superindo yang tidak ingin disebutkan namanya itu kepada JPNN.com, Sabtu (11/11).

Yang dia tahu stok gula pasir mulai berkurang. Untuk menjaga ketersediaan gula pasir agar tidak kosong sama sekali di pajangan, maka pembelian dibatasi.

Langkah tersebut untuk mencegah aksi borong pengunjung. Jangan sampai konsumen yang uangnya pas-pasan tidak kebagian.

Namun, kata karyawan Superindo ini, cukup banyak konsumen yang pakai trik sendiri agar bisa mendapatkan gula lebih dari 2 kilo.

Mereka mengajak beberapa keluarganya dan kemudian melakukan transaksi sendiri.

"Enggak apa-apa sih kan yang dilihat per transaksi," ucapnya.

Sementara itu, para pengunjung pun terheran-heran dengan kelangkaan gula pasir ini. Sebab, tidak ada momentum apa-apa.

'Kenapa stok kurang ya, apakah sudah diborong untuk bagi-bagi sembako saat kampanye nanti ya. Mudah-mudahan pemerintah segera melakukan antisipasi sebelum harga gula makin meroket," kata Satrio, warga Pondok Cabe, Tangsel. 

Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency resmi memberlakukan relaksasi harga gula konsumsi di tingkat konsumen dari Rp14.500 per k ilogram menjadi Rp16.000 per kg atau Rp17.000 per kg khusus di wilayah Maluku, Papua, serta daerah tertinggal, terluar, terpencil, dan pedalaman.

’’ Sehubungan dengan kenaikan harga gula di dalam negeri maupun internasional, telah dilakukan rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga untuk membahas harga gula yang wajar di tingkat konsumen. Berdasarkan hasil input tersebut, kami mengimbau seluruh pelaku usaha ritel untuk dapat mengimplementasikan relaksasi harga dimaksud," kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa di Jakarta, Kamis.

Deputi Ketut menjelaskan relaksasi harga gula konsumsi di tingkat konsumen dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga gula di dalam negeri yang diberlakukan bagi pelaku usaha di ritel modern (Aprindo dan Hippindo) agar bisa menjual di atas harga acuan penjualan (HAP) sesuai kewajaran harga yang ditetapkan. Acuan harga mempertimbangkan harga gula di produsen atau harga internasional, biaya kemasan, biaya distribusi, dan sebagainya.

"Relaksasi ini diberlakukan mengingat harga gula sudah berada di atas HAP. Fleksibilitas ini akan terus dievaluasi secara berkala sampai harga gula kembali ke level wajar," ucapnya.

Tercatat potensi penurunan produksi dari estimasi awal 2,6 juta ton menjadi sekitar 2,2-2,3 juta ton akibat El Nino. Sementara realisasi impor Gula Kristal Mentah (GKM) baru sebesar 180.000 ton atau sekitar 22,61 persen dan Gula Kristal Putih (GKP) sebesar 126.941 ton atau 58,82 persen.

Realisasi impor yang masih minim juga disebabkan beberapa perusahaan yang memiliki kuota impor GKM masih belum ada realisasi. Hal itu antara lain karena tingginya harga gula internasional sehingga tidak menjangkau untuk penjualan sesuai HAP di tingkat konsumen.

"Jadi selain optimalisasi penyerapan dalam negeri dan percepatan importasi, diusulkan ada fleksibilitas harga penjualan di tingkat konsumen. Ke depan pelaku usaha ritel bisa menjual gula konsumsi dengan harga Rp16 ribu per kg," pungkasnya.

Data Panel Harga Pangan NFA tanggal 8 November 2023 menunjukkan harga rata-rata nasional gula konsumsi di tingkat konsumen sebesar Rp16.211 per kg, lebih tinggi 11,8 persen di atas HAP. Sedangkan dari data Tradingeconomics mencapai 27,95 sen dolar AS per pon, mencapai level tertinggi dalam periode 5 tahun. (jpnn/ c1/ abd)

 

Kategori :