JAKARTA - Sebelum memasuki bulan puasa Ramadan, ada beberapa hal yang penting untuk dipersiapkan. Puasa Ramadan bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari, tetapi juga tentang mempersiapkan diri secara fisik, mental, dan spiritual.
Dengan begitu, penting untuk memastikan kesehatan tubuh dengan baik sebagai bentuk persiapan yang matang dalam menjalani puasa Ramadan dengan nyaman. Dilansir dari Antara pada Kamis (7/3), Dokter Ngabila Salama, M.K.M., seorang praktisi kesehatan masyarakat dan staf di bidang teknis komunikasi transformasi kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mengungkapkan bahwa puasa Ramadan dapat memberikan manfaat bagi tubuh. Bahkan manfaat tersebut akan hadir bagi penderita penyakit sekalipun. ’’Puasa itu menyehatkan badan. Kita yang sehat saja makin tambah sehat dengan berpuasa. Teman-teman yang punya komorbid juga harus yakin puasa itu menyehatkan badan," ujar Ngabila dalam webinar Tips Puasa ala CERDIK oleh Kemenkes yang dipantau di Jakarta, Kamis (7/3). Ngabila menjelaskan bahwa puasa memberikan manfaat dalam menstabilkan tekanan darah, gula darah, kolesterol, serta memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi. Namun, penting bagi beberapa kelompok untuk mempertimbangkan kesehatan mereka sebelum memulai puasa, terutama selama bulan suci Ramadan yang berlangsung selama satu bulan penuh. Ngabila menyarankan bagi individu yang menderita penyakit untuk mengonsultasikan kondisi kesehatannya dengan dokter atau di fasilitas kesehatan terdekat sebelum menjalani ibadah puasa. Dokter akan memberikan saran apakah pasien perlu melanjutkan penggunaan obat, serta memberikan petunjuk terkait dosis dan waktu konsumsi yang tepat. Ngabila menekankan bahwa hal ini penting untuk dilakukan, pasalnya aktivitas puasa dapat mengubah metabolisme tubuh seseorang akibat adanya perubahan pola makan, minum, dan istirahat. ’’Penderita penyakit, termasuk bagi ibu hamil dan ibu menyusui, disarankan konsultasi terlebih dahulu. Mereka butuh supervisi, kebutuhan nutrisi bagi janin juga harus dipenuhi," ungkapnya. Ngabila menyarankan untuk menyesuaikan waktu sahur dengan waktu yang telah ditetapkan untuk memastikan puasa berjalan lancar hingga berbuka. Ngabila mencatat bahwa banyak orang cenderung sahur dini hari karena ingin beristirahat lebih lama dan bersiap untuk hari kerja di esok harinya. Namun, hal ini mengakibatkan durasi puasa menjadi lebih panjang dari biasanya dan tentu akan memengaruhi kondisi tubuh. "Kalau sahur jam 12 malam, artinya waktu puasanya lebih dari 16 jam. Itu pasti lemas di siang hari karena puasa melebihi waktu seharusnya sekitar 14 jam," tutur Ngabila. Lebih jauh, Ngabila menyarankan mengonsumsi makanan dan minuman sehat yang memiliki kadar gula seimbang saat berbuka puasa. Beberapa makanan yang sebaiknya dihindari atau dikurangi konsumsinya, kata Ngabila, yakni gorengan, minuman manis yang mengandung pengawet, dan minuman bersoda. Sebaliknya, Ngabila menyarankan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi harian. Seperti nasi putih, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, dan pastikan untuk minum air putih yang cukup, yakni sekitar 2 liter per hari. "Batasi gula, garam, dan lemak. Konsepnya harus seimbang antara karbohidrat, protein, dan lain-lainnya," katanya. Masyarakat dianjurkan untuk tetap aktif secara fisik atau melakukan olahraga ringan meskipun sedang berpuasa. Hal ini untuk menjaga tubub Anda tetap dalam kondisi yang bugar. Kegiatan ini bisa berupa jalan kaki selama 20 hingga 30 menit atau mencapai 6.000 langkah per hari. Selain itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga pola hidup yang bersih dan sehat, termasuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakit. "Kita harus tetap semangat menjalani aktivitas sehari-sehari tanpa merasa lemas. Sehingga bisa fokus beribadah di bulan Ramadan," ungkap Ngabila. (jpc)
Kategori :