MESUJI - Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Mesuji sedang melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap setiap kasus demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di wilayah tersebut. Langkah ini diambil untuk memahami upaya penanggulangan penyebaran kasus DBD di Mesuji.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Mesuji Suyono kemarin (5/3) mengonfirmasi hal ini. "Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan ketika terjadi kasus DBD," katanya.
Penyelidikan epidemiologi hanya dilakukan ketika terdapat kasus DBD. Contoh penyelidikan ini telah dilakukan oleh tenaga kesehatan di setiap puskesmas di Kabupaten Mesuji.
BACA JUGA:Pj Bupati Tulang Bawang: E Retribusi Bisa Menguntungkan Semua Pihak
Sebagai contoh, hari ini petugas kesehatan di Puskesmas Tanjung Mas Makmur melakukan penyelidikan epidemiologi DBD karena adanya kasus di wilayah mereka.
Setelah penyelidikan dilakukan, langkah-langkah pencegahan lebih lanjut dapat diambil untuk mencegah penyebaran kasus DBD yang lebih luas. Salah satunya adalah melakukan sosialisasi tentang penanganan 3M Plus: menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, dan mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Fogging juga dapat dilakukan jika terdapat banyak kasus DBD di satu wilayah. "Misalnya, jika ada satu rumah yang terkena DBD dan tetangganya juga terinfeksi, maka fogging dapat dilakukan. Namun, jika hanya ada satu korban, fogging tidak diperlukan," jelasnya.
Hingga saat ini, beberapa wilayah di Mesuji telah dilakukan fogging karena kasus DBD yang cukup banyak terjadi. Salah satunya adalah Desa Wiralaga, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji.
BACA JUGA:Korupsi Terminal Mesuji, Jaksa Tuntut 17 Bulan Penjara
Sebelumnya, Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Mesuji terus meningkat selama 2024. Untuk itu, masyarakat perlu mewaspadai sebaran penyakit itu di tengah musim hujan saat ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Mesuji, Suyono, mengatakan kasus DBD saat ini mencapai 57 sejak Januari 2024. kata Suyono, kepadaradarlampung.co.id, Selasa, 27 Februari 2024.
Menurutnya, kondisi itu persis seperti yang terjadi pada 2022. Sebab, kasus DBD melonjak hingga 112 sepanjang tahun tersebut.
“Kasus terbanyak ada di Desa Wiralaga, Kecamatan Mesuji, karena memang lingkungannya di pinggir sungai. Meski begitui, tidak ada pasien DBD yang meninggal dunia. Tapi, bukan berarti itu menjadi alasan untuk menurunkan kewaspadaan,” ujar dia.
Untuk itu, Pemkab Mesuji pun mengeluarkan surat edaran agar masyarakat mewaspadai DBD. “Kami sampaikan ke pihak yang dapat meneruskan pesan ini ke masyarakat langsung agar kasusnya tidak bertambah lagi,” kata dia.
Kepala Desa Simpang Mesuji, Supardi, mengatakan sosialisasi ke masyarakat untuk menerapkan 3M selalu disampaikan sejak awal tahun.