Arya mengeluarkan sejumlah uang dan menyerahkan ke tangannya. Darminah menyerahkan sebagian uang yang ada di tangannya agar kembali ke tangan Arya.
"Jangan, Nyai. Buat kainnya susah." Arya mengembalikan sejumlah uang itu sambil menggelengkan kepalanya. Darminah tersenyum tipis sambil menyelipkan uang itu di tangan Arya. Arya tak kuasa lagi untuk menolak pemberian Bu Darminah.
Ucapan terima kasih tak berhenti meluncur dari mulut Arya. Arya pergi ke pekarangan rumah membantu membersihkan halaman yang tampak penuh oleh daun-daun kering yang berjatuhan akibat hujan deras dan angin kencang pagi tadi.
Darminah berjalan keluar menghampiri Arya.
"Arya, nanti malam Nyai mau mengadakan acara silaturahmi di rumah. Kita nyeruit sama-sama. Tolong sampaikan ke tetangga sekitar agar datang ke rumah Nyai nanti malam, ya."
Ucapan Darminah langsung disambut anggukan mantap Arya. Tak butuh waktu lama, ia segera menyebarkan amanah tersebut. Arya berjalan dari rumah ke rumah, menyampaikan pesan Bu Darminah.
Ratih mematikan mobilnya. Sambil menggendong Azam yang tampak berceloteh memperhatikan objek baru yang ada di depannya, Ratih menatap rumah yang masih sama dalam ingatannya.
Perlahan, ia melangkah masuk ke teras rumah. Ditatapnya ruang yang menjadi saksi hidup Ratih sejak dilahirkan ke dunia. Kenangan memenuhi rumah itu tanpa celah sedikit pun.