Apalagi untuk keluarga yang episode honeymoon-nya sudah selesai, yang ketemu hanyalah episode-episode berikutnya.
’’Maka hal-hal atau konflik kecil, kalau semua dikomunikasikan akan selalu ada jalan keluar. Artinya bukan selingkuh yang menjadi jalan keluar,” tegasnya.
Dalam dunia nyata banyak hal yang bersinggungan dan tidak sama dengan hal-hal ideal yang diharapkan.
Misal, ketika suami atau istri jatuh cinta dengan yang bukan pasangannya, suami impoten, atau fase-fase krisis lainnya.
Selingkuh tidak dapat dibenarkan. Sebab, menjaga keutuhan keluarga adalah menjadi komitmen bersama.
Dengan demikian, Prof. Nurul berpesan agar tidak mencintai pasangan satu gelas penuh. Namun, sisakan bagian yang kosong.
Artinya, cintai yang sewajarnya. Sebab, kalau penuh atau berlebihan itu cinta buta yang mengakibatkan kognitif tidak jalan dan emosinya tidak ter-asah.
’’Maka mencintailah secara wajar! Ini agar realitas kita akan mendominasi kapasitas berpikir,” tuturnya. (jpc/ful)