Nafiz mengatakan bahwa tim berencana masuk tahap validasi klinis untuk memperluas data sebelum diarahkan menuju komersialisasi atau riset lanjutan.
Terkait uji klinis Curved, Nafiz mengatakan saat ini berada di tahap 1 untuk menjamin keamanan alat saat digunakan pada subjek. ’’Tahapan berikutnya mencangkup pengajuan uji klinis lanjutan untuk menjamin akurasi hasil sesuai dengan kondisi yang sebenarnya,’’ katanya.
Nafiz juga memberi pesan kepada mahasiswa lain agar jangan takut memulai ide sederhana. ’’Terpenting konsisten,” ucapnya.
Annisa Prasetya selaku perancang hardware menambahkan, bagian tersulit terletak pada proses kalibrasi empat sensor.
’’Menyatukan data dari empat sensor dengan orientasi berbeda itu cukup menyita waktu agar hasilnya stabil dan akurat. Empat sensor ditempel di punggung. Sensor membaca sudut kelengkungan, datanya dianalisis oleh algoritma, dan sistem otomatis menunjukkan tingkat keparahannya,” paparnya.
Suci Fitria yang menangani dokumentasi, konten, dan desain menyatakan pengalaman paling berkesan adalah ketika alat mencapai akurasi sesuai target. ’’Itu titik yang membuat kami semakin yakin bahwa alat ini layak dikembangkan. Dukungan fasilitas laboratorium dan bimbingan rutin dari dosen sangat membantu penyempurnaan prototipe,” ungkapnya.
Putri Azzahra selaku bagian laporan dan luaran mengatakan bahwa tim berencana membawa Curved ke tahap penelitian yang lebih tinggi.
’’Kami ingin masuk ke tahap validasi klinis awal untuk memperoleh data lebih luas. Dari sana, Curved bisa diarahkan menuju komersialisasi atau riset lanjutan,” jelasnya.
Sementara Alfajar selaku programmer yang menangani integrasi algoritma neuro-fuzzy menyebut bahwa metode ini dipilih karena paling sesuai dengan tipe data yang digunakan.