DPR Kompak Kritik Film Animasi Merah Putih One for All

Selasa 12 Aug 2025 - 21:15 WIB
Reporter : Yuda Pranata
Editor : Yuda Pranata

JAKARTA - Sejumlah anggota DPR kompak menyoroti kualitas film animasi Merah Putih One for All yang menuai banyak kritik publik. Mereka menilai masukan tersebut harus dijadikan bahan evaluasi demi peningkatan kualitas karya animasi Tanah Air.
Seperti disampaikan anggota Komisi VII DPR Ilham Permana, kritik merupakan bagian dari proses pembelajaran agar ke depan karya anak bangsa bisa semakin baik dan mampu bersaing di tingkat global.
Ia menekankan perlunya dukungan komprehensif bagi industri animasi, bukan hanya dari sisi pembiayaan produksi, tetapi juga pendampingan teknis, pelatihan SDM, dan transfer teknologi.
“Dengan pendampingan yang tepat, kita dapat meningkatkan kualitas animasi tanpa kehilangan identitas budaya Indonesia,” ujar Ilham di Jakarta.
Meski demikian, Ilham mengapresiasi upaya sineas dan animator yang telah memproduksi film tersebut. Menurutnya, proses produksi animasi membutuhkan kreativitas, teknologi mumpuni, dan biaya besar.
Senada, Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian Irfani, mengingatkan agar kritik publik diakomodasi sebagai evaluasi penting untuk mendorong pelaku industri kreatif berbenah.
Ia juga menegaskan pentingnya dukungan dari seluruh pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, demi kemajuan film animasi Indonesia.
“Seluruh pihak harus saling mendukung, mulai dari pelaku, pemerintah, hingga penonton,” ungkap Lalu Hadrian.
Diketahui, Film animasi Merah Putih One for All yang dibuat untuk HUT ke-80 RI menuai kritik warganet karena kualitas grafis dinilai seadanya meski akan tayang di bioskop.
Cuplikan trailer yang beredar di media sosial memicu sindiran, dengan sejumlah komentar menyebut animasinya seperti belum selesai namun tetap dipaksakan rilis.
Perlu diketahui, Film animasi Merah Putih One For All menjadi perbincangan hangat menjelang perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Mengusung tema nasionalisme, film ini mengisahkan petualangan delapan anak dari berbagai daerah di Indonesia yang bersatu untuk mencari bendera Merah Putih yang hilang.
Film ini menampilkan delapan karakter utama, yaitu Neka, Yahya, Nabila Yasmin, Sky, Nathan, Billy, Kenneth, Rangga, Bintang, Vienkan Bahreys, dan Elsya H Syarief.
Mereka mewakili karakter dari berbagai latar budaya, seperti Betawi, Papua, dan Makassar, yang memperkuat pesan keberagaman. Meski menuai kritik terkait kualitas visual, film ini tetap menarik perhatian karena pesan persatuan dan keberagamannya.
Merah Putih One For All disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, dua sineas yang juga merangkap sebagai penulis naskah skenario film ini. Keduanya bekerja sama untuk menghadirkan cerita yang menggambarkan semangat gotong royong dan keberagaman budaya Indonesia.
Endiarto dan Bintang Takari berfokus pada pengembangan narasi yang autentik, menggambarkan anak-anak dari latar budaya, seperti Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa.
Meskipun detail pengalaman mereka di industri animasi tidak banyak diungkap, keterlibatan mereka dalam proyek ini menunjukkan komitmen untuk menghadirkan karya bertema nasionalisme.
Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo, sebuah rumah produksi yang bernaung di bawah Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail. Menurut informasi dari 21Cineplex, Merah Putih One For All mulai diproduksi pada Juni 2025 dengan anggaran sekitar Rp 6,7 miliar dan berdurasi 70 menit.
Merah Putih One For All adalah film animasi pertama yang digarap oleh Perfiki Kreasindo, menandai langkah awal mereka dalam industri animasi Indonesia.
Meski mendapat kritik terkait kualitas visual yang dianggap kurang maksimal dibandingkan film seperti Jumbo, Perfiki Kreasindo berupaya menghadirkan cerita yang sarat nilai patriotisme.
Proyek ini dipimpin oleh Toto Soegriwo sebagai produser, didampingi Arry Ws sebagai asisten produser. Toto Soegriwo, melalui akun Instagram pribadinya, menyatakan film ini bertujuan untuk mengajarkan cinta Tanah Air sejak dini, terutama dalam konteks Indonesia yang majemuk.
Menanggapi kritik pedas dari netizen terkait kualitas animasi, Toto memberikan komentar ringan, menyebut kritikan membuat film ini semakin viral.
Sementara itu, Arry Ws turut mendukung logistik produksi untuk memastikan film ini dapat tayang tepat waktu pada 14 Agustus 2025, menjelang perayaan HUT RI ke-80.
Merah Putih One For All menuai kontroversi setelah rilis trailernya di YouTube, dengan banyak netizen membandingkan kualitas visualnya dengan Jumbo, film animasi Indonesia yang sukses besar dengan lebih dari 10 juta penonton.
Kritik terutama menyoroti animasi yang dianggap kaku dan penggunaan aset yang diduga dibeli dari platform seperti Daz3D dengan harga murah, yang memunculkan pertanyaan tentang penggunaan anggaran Rp 6,7 miliar. Meski demikian, tim produksi film animasi Merah Putih One For All tetap optimistis pesan nasionalisme dalam film ini dapat diterima penonton. (beritasatu/c1/yud)

Tags :
Kategori :

Terkait