Lanjut Ahmadriswan, komoditas utama yang berpengaruh besar terhadap pembentukan Garis Kemiskinan pada Maret 2025 meliputi, kelompok makanan: beras (19,22 persen di perkotaan; 23,09 persen di perdesaan), rokok kretek filter (14,80 persen di perkotaan; 11,80 persen di perdesaan), telur ayam (4,24 pesen di perkotaan; 4,06 persen di perdesaan), dan tempe (2,50 persen di perkotaan; 2,37 persen di perdesaan).
Kelompok Non-Makanan: perumahan (7,78 persen di perkotaan; 7,94 persen di perdesaan), bensin (3,76 persen di perkotaan; 3,51 persen di perdesaan), listrik (2,75 persen di perkotaan; 2,16 persen di perdesaan), dan pendidikan (2,71 persen di perkotaan; 1,49 persen di perdesaan).
Meskipun terjadi penurunan, tingkat kemiskinan di Lampung masih terkonsentrasi di wilayah perdesaan 74,16 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 25,84 persen.
“Capaian ini menunjukkan bahwa upaya pengurangan kemiskinan di wilayah perdesaan perlu mendapat perhatian dalam upaya percepatan pengurangan kemiskinan di Lampung,” kata Ahmadriswan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun signifikan dari 1,744 (September 2024) menjadi 1,539 (Maret 2025), menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekat ke Garis Kemiskinan, dengan perbaikan tajam terutama di perkotaan.
Demikian pula, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Lampung turun menjadi 0,344 pada Maret 2025, mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit, dengan penurunan paling signifikan terjadi di wilayah perkotaan.
Ketimpangan Pengeluaran Menurun: Gini Ratio dan Pemerataan Pendapatan Gini Ratio Provinsi Lampung juga menunjukkan kabar baik, menurun menjadi 0,292 pada Maret 2025.
Angka ini mencerminkan penurunan tingkat ketimpangan pengeluaran antar penduduk. Penurunan paling tajam terjadi di perdesaan, menunjukkan pemerataan pengeluaran yang membaik. Tren Gini Ratio yang stabil dan cenderung menurun sejak 2022 menunjukkan. pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Pada Maret 2025, porsi 40 persen penduduk berpenghasilan rendah mengalami peningkatan di perkotaan (21,86 persen)maupun perdesaan (23,79 persen).
“Menunjukkan pemerataan pendapatan lapisan bawah membaik. Sebaliknya, porsi pengeluaran kelompok 20 persen terkaya menurun, terutama di perdesaan. Penduduk kelas menengah juga mengalami peningkatan peran ekonomi,” pungkasnya. (pip/yud)