JAKARTA – Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berkampanye dengan narasi agar rakyat memilih Prabowo-Gibran agar bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) dilanjutkan.
Polemik pun muncul karena bantuan pemerintah di tengah pemilu dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan elektoral.
Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Lili Romli menilai kampanye seperti bernada ancam bansos seperti itu tdak etis. Alih-alih bagaimana agar rakyat makmur dan sejahtera seharusnya tidak mengandalkan bansos. Kampanye model ini, menurutnya, justru ingin melestarikan kemiskinan.
"Ini bisa dikatakan mereka ingin agar rakyat tetap miskin sehingga agar tergantung terus pada Bansos. Ini bentuk politik populis yang salah kaprah," tegas Prof Lili Romli pada wartawan di Jakarta, Kamis (14/12)
BACA JUGA:Kredibilitas Lembaga Survei Semakin Dipertanyakan
Menurutnya, kampanye politik seharusnya berfokus pada upaya menyejahterakan rakyat dengan seperti penciptaan lapangan usaha bagi rakyat, lapangan pekerjaan, peningkatan pendidikan sehingga rakyat bisa keluar dari jerat kemiskinan.
"Bukan terus menerus melestarikan bansos," ujarnya.
Menurutnya, kini, program bansos pun melenceng dari tujuan awal.
"Sekarang bansos sudah bersifat politis, sudah ditunggangi politik," tambahnya.
Bansos menjadi instrumen klintelisme untuk meraih suara, untuk pemenangan pemilu dan pilpres. Padahal pendanaan bansos bersumber dari uang rakyat.
BACA JUGA: KPU Kupulkan Ketiga Tim Capres
"Anggaran negara, yang berasal dari pajak bahkan dapat dari utang luar negeri, disalahgunanakan, dimanipulasi dan dimanfaatkan untuk pemenangan pemilu. Ini sangat disayangkan," tandas Lili.
Lili menekankan pentingnya kesadaran publik untuk melihat bansos secara jernih di tengah masa pemilu. Bahwa bansos bukan berasal sosok atau sosok, melainkan negara.
"Moga rakyat sadar dan mengetahui bahwa bansos bukan kemurah-hatian penguasa, karena yang digunakan bukan uang pribadi tapi uang negara, yang hakekatnya adalah uang rakyat," katanya.
Sementara itu, Pakar Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan bantuan sosial dipakai untuk meraih kepercayaan publik sejak lama.