"Berarti benar firasatku tadi pagi, hahaha," gumanku lalu aku sedikit tertawa garing
Sara hanya diam melihatku tertawa garing sambil menulis.
"Viona, sini aku bisikin," kata Sara yang langsung mendekatkan wajahnya ke arah telingaku, tapi aku langsung menolaknya.
"Tidak, sekarang masih jam pelajaran dan jangan menggangguku!" pintaku, dan Sara langsung diam seribu bahasa.
Hingga beberapa menit telah berlalu, kami hanya diam tidak berkata-kata. Dari tadi aku hanya berbicara sendiri dengan tidak jelas, diselingi tawa pula. Sementara itu, Sara malah terlihat seperti orang depresi. Aku yang melihatnya sedikit terkejut. Kenapa dia yang gelisah? Seharusnya kan aku, bukan dia.
Di tengah momen canggung itu aku mulai angkat bicara.
"Nanti temani aku ke kamar mandi," kataku.
"Baiklah, aku juga akan menceritakannya nanti saat kita di kamar mandi," balas Sara.
Beberapa menit setelah percakapan itu, tiba-tiba saja Sara mulai angkat bicara.
"Akan aku ceritakan sekarang. Aku tidak bisa menunggu sampai nanti," ujar Sara tiba-tiba.
Aku yang masih kurang fokus dengan keadaan tetap paham apa yang dia katakan, tapi aku berusaha untuk menanggapi perkataannya dengan pikiran yang tenang.
"Aku sudah mengenal Theo sejak lama, bahkan sebelum kita masuk SMA. Aku dan Theo juga sudah berpacaran selama setengah tahun, tapi saat kamu cerita tentang Theo, aku langsung memutuskan hubunganku dengannya karena aku tidak mau hubungan kita menjadi putus cuma karena aku berpacaran dengan Theo. Bahkan, dia sampai memintaku untuk memperbaiki hubungan kami, tapi aku selalu menolaknya," jelas Sara.
Aku yang mendengar penjelasan darinya langsung menghentikan acara tulis-menulisku. Aku pun berpikir sejenak dan mulai berbicara sambil diselingi menulis.
"Lalu kenapa kau tidak menceritakannya sejak awal? Kenapa tidak langsung bilang saja kalau kau sudah mengenalnya? Dari awal aku memang sudah curiga. Saat aku bercerita tentang Theo, entah kenapa raut wajahmu seketika berubah. Meskipun aku sudah tahu tentang hal itu, aku hanya memilih untuk diam sampai waktunya kau yang menceritakannya sendiri. Namun, sudah lewat satu tahun kau masih belum menceritakannya. Sampai akhirnya hari ini tiba. Apa sebegitu takutnya dirimu sampai-sampai harus dibongkar oleh guru, hah? Segitu takutnya kah?" ujarku panjang lebar dan sedikit menaikkan nada suaraku di bagian akhir kalimat.
"Tapi saat itu yang aku pikirkan adalah hubungan pertemanan kita, Vio. Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain ..." ucapan Sara langsung aku potong.
"Oh, jadi kau peduli dengan hubungan kita? Lantas kenapa kau tidak menceritakan hubungan kalian sejak awal? Mungkin jika aku tahu, aku akan berhenti menyukainya. Ah tidak, maksudku, mungkin aku akan memikirkannya dua kali. Lalu, bukankah kau ingat, aku pernah berkata kepadamu bahwa aku sudah sedikit hilang rasa dengan Theo? Namun yang salah tetaplah dirimu, Sara. Iya mungkin aku masih ada sedikit rasa dengannya, tapi kau… kau menghancurkan kepercayaan yang aku berikan kepadamu. Aku benar-benar kecewa kepadamu," kataku dengan beberapa kata-kata yang aku tekankan.