Berawal dari Hobi, Julian Kini Raup Cuan Dari Ekspor Ikan Guppy

IKAN GUPPY: Julian, saat memberi makan ikan hias guppy miliknya. -FOTO SINTIA MAHARANI -

BANDARLAMPUNG — Hobi memelihara ikan hias kini berkembang menjadi peluang bisnis yang semakin menjanjikan. Tidak hanya diminati masyarakat lokal, pasar ikan hias Indonesia bahkan merambah mancanegara. Fenomena itu pula yang dirasakan Julian (23), pemilik Hums Guppy Farm yang berlokasi di Jalan Panglima Polim, Gang Sawo 1, Bandarlampung.

Julian merintis usaha ini sejak masih kuliah pada 2021. Awalnya sekadar menyalurkan hobi, hingga kemudian berkembang menjadi aktivitas yang mampu membuka pasar ekspor. Usahanya buka setiap hari pukul 07.00–15.00 WIB.

“Motivasi saya sederhana. Selain ingin punya penghasilan sendiri, saya juga ingin membantu perekonomian Indonesia lewat ekspor ikan,” ujarnya ketika ditemui Radar Lampung belum lama ini.

Modal awalnya tak besar, hanya sekitar Rp300 ribu untuk membeli indukan ikan dari luar pulau. Ikan-ikan itu kemudian ia budidayakan hingga jumlahnya bertambah, lalu berkembang menjadi farm kecil dengan tambahan modal sekitar Rp3 juta untuk membeli peralatan yang lebih memadai.

Kini, jenis ikan yang ia jual cukup beragam, mulai dari guppy full gold, full red, half red, sword, molly, hingga betta. Di antara semuanya, guppy full gold menjadi primadona. Warnanya yang menyerupai emas itu membuat jenis ini paling banyak diburu penghobi ikan hias.

Pembelinya berasal dari berbagai kalangan—anak muda, orang tua, hingga para pedagang ikan hias. Pasarnya pun tak hanya di Lampung. Pesanan datang dari berbagai kota di Pulau Jawa, bahkan menyeberang sampai ke negara seperti Jerman, Prancis, Kanda hingga Amerika Serikat.
Untuk memperluas jangkauan, Julian memanfaatkan media sosial sebagai etalase digital. Ia aktif memposting produknya di Facebook, Instagram, dan TikTok. “Saya fokus ke branding, jadi orang mudah mengenali ikan-ikan yang saya jual,” katanya.

Dalam pengiriman ekspor, Julian menggunakan jasa transhipper berpengalaman seperti JBG Transhipping Service dan Hermanus Haryanto agar ikan sampai ke tangan pembeli dalam kondisi aman.

Harga ikan yang dijualnya cukup bervariasi. Untuk pasar lokal, harganya Rp100 ribu untuk dua pasang hingga Rp200 ribu untuk lima pasang. Sementara untuk pesanan luar negeri, satu pasang guppy ia patok dengan harga Rp400–500 ribu, mengikuti kurs dolar sekitar USD 28–35 per pasang.

Dari bisnis ini, Hums Guppy Farm menghasilkan omzet sekitar Rp2–5 juta setiap bulan, bahkan lebih di momen tertentu.

Soal perawatan, Julian menyebut tidak terlalu rumit. Ia hanya perlu rutin membersihkan akuarium atau wadah styrofoam, menjaga pH air di angka 6–7, dan memberi pakan tiga kali sehari berupa pelet, artemia, atau cacing sutra.

Meski begitu, tantangan tetap ada. Perubahan cuaca sering membuat ikan rentan sakit. Selain itu, Julian harus konsisten mengatur waktu karena ikan membutuhkan pengecekan harian dan pemisahan antara jantan dan betina.

Di balik tantangan itu, Julian bangga karena hobinya kini memberi manfaat lebih luas. “Kelebihan usaha ini, selain menguntungkan, saya merasa bisa menambah devisa negara. Soalnya ikan dari farm kecil ini sudah melanglang sampai luar negeri,” tuturnya.(sintia/nca)

Tag
Share