Pengamat Sebut Rekayasa Penangkapan Cawabup Bengkulu Selatan Lebih Berbahaya dari Politik Uang

Rabu 07 May 2025 - 20:46 WIB
Reporter : Agung Budiarto
Editor : Taufik Wijaya

JAKARTA – Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farchan, menyoroti munculnya modus baru kejahatan dalam pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada Bengkulu Selatan yang digelar pada 19 April 2025. Menurutnya, rekayasa penangkapan calon wakil bupati nomor urut 2 Ii Sumirat merupakan bentuk kejahatan politik yang lebih berbahaya dibanding praktik politik uang.
’’Politik uang bersifat transaksional dan biasanya dilakukan secara sukarela antara paslon atau tim sukses dengan pemilih. Sedangkan yang terjadi di Bengkulu Selatan adalah bentuk kekerasan dan fitnah terorganisasi untuk memengaruhi pemilih,” ujar Yusak dalam keterangan tertulis, Rabu (7/5).
Ia menambahkan, meskipun kedua tindakan itu sama-sama bertujuan memengaruhi perilaku pemilih, modus rekayasa penangkapan jauh lebih berbahaya karena menyasar kebebasan individu yang dilindungi konstitusi.
“Kita sepakat bahwa politik uang merusak demokrasi. Namun tindakan seperti ini lebih kejam karena juga mengancam hak asasi manusia,” tegasnya.
Yusak meminta Bawaslu RI dan Mahkamah Konstitusi (MK) tidak memandang kasus tersebut sebagai pelanggaran biasa. Ia menyebut kejadian ini sebagai preseden buruk pertama dalam sejarah pilkada di Indonesia dan berpotensi terulang jika tidak ditindak tegas.
“Jangan beri ruang bagi penjahat demokrasi. Karena ini lebih jahat dari politik uang, maka pihak yang terbukti melakukan harus didiskualifikasi,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, calon wakil bupati Bengkulu Selatan nomor urut 2, Ii Sumirat, menjadi korban dugaan rekayasa penangkapan sembilan jam sebelum pencoblosan PSU, Jumat malam (18/4). Mobil yang ditumpanginya dibuntuti, diadang, dan digeledah oleh sekelompok orang yang diduga kuat merupakan bagian dari tim sukses paslon nomor urut 3, Rifai-Yevri.

Mereka juga merekam kejadian tersebut seolah-olah sebagai operasi penegakan hukum. Dugaan penangkapan dilakukan hingga tiga kali di lokasi berbeda dan berlangsung hingga pagi hari.
Tak lama setelah kejadian itu, muncul narasi fitnah di media sosial seperti Facebook dan WhatsApp yang menyebut Ii Sumirat ditangkap karena kasus korupsi. Narasi ini disebarkan secara masif dan terstruktur hingga ke lokasi TPS.
Paslon nomor 2, Suryatati-Ii Sumirat, menyatakan bahwa insiden tersebut merugikan mereka secara signifikan. Banyak pendukung yang disebut tidak datang ke TPS atau mengalihkan dukungan karena termakan isu hoaks. (jpnn/c1/abd)


---

Tags :
Kategori :

Terkait