Seperti apa modifikasi yang dilakukan? Sebagai contoh, begitu memasuki bulan Ramadan, Rasulullah SAW dan para sahabat meningkatkan ketakwaan serta menahan diri dari syahwat maupun perbuatan yang dapat merusak kesempurnaan pahala puasa.
Jadi selain menahan lapar dan dahaga, mulut juga menahan dari yang dilarang. Seperti menggunjing, berkata kasar, menyakiti hati orang lain, dan sebagainya.
Tangan menahan diri dari mengambil yang bukan haknya. Mata menahan diri dari melihat yang tidak diperbolehkan syariat, begitu seterusnya.
Selain itu, mereka juga mengetuk pintu-pintu kebaikan. Aisyah menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW meningkatkan kebaikan di bulan Ramadan.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Rasulullah SAW adalah orang yang dermawan dan lebih dermawan lagi di bulan Ramadan.”
Tidak hanya itu. Selama bulan Ramadan, Rasulullah SAW menghidupkan siang dan malam dengan memperbanyak ibadah, seperti salat tarawih, qiyam al-layl, tadarus, tadabbur Alquran, itikaf, dan sebagainya.
Jelang berakhirnya bulan Ramadan, terutama di sepuluh hari terakhir, Rasulullah SAW mulai mengencangkan ikat pinggangnya. Hal itu menunjukkan bahwa beliau lebih serius lagi menjalani Ramadan.
Bahkan di sepuluh hari terakhir tersebut, beliau juga membangunkan keluarganya untuk memperbanyak salat dan berzikir. Mayoritas waktunya beliau habiskan dengan beritikaf di masjid.