Swasembada Bisa Bermasalah jika Gabah Petani Tak Terserap Maksimal

Jumat 17 Jan 2025 - 22:07 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Syaiful Mahrum

JAKARTA – Area persawahan banyak yang terendam banjir selama musim hujan. Salah satunya lahan persawahan sekitar 200 hektare di Poncosari, Kecamatan Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul. Pemerintah segera menangani masalah itu dan berharap selesai dalam tempo enam bulan.

Lahan di Bantul tersebut memang rentan terendam banjir. Jika ada hujan dengan intensitas lebat, area persawahan tersebut langsung tergenang. Nah, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman berupaya merespons masalah itu.

 

Amran mengatakan, pengerjaan lahan pertanian yang terdampak banjir akan dimulai dalam waktu dekat. "Proses pengerjaan itu, diperkirakan selesai pada enam bulan ke depan,’’ kata Amran dalam keterangan resminya Kamis (16/1).

 

Pihaknya juga akan memberikan benih unggul, pompa air, serta normalisasi sungai penyebab banjir. "Insya Allah akan ada solusi permanen yang kita kerjakan,’’ harapnya.

 

Amran mengatakan, seluruh lahan pertanian yang terdampak banjir di wilayah itu luasnya kurang lebih 200 hektare. Banjir muncul akibat sungai di sekitar sawah meluap setelah hujan turun dengan intensitas tinggi.

 

Kementan akan meminta bantuan kepada BBWSO (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu dan Opak) untuk menangani sungai sepanjang enam kilometer.

 

Amran juga menyoroti persoalan serapan gabah hasil panen petani oleh Bulog. Dia menekankan, target swasembada bisa bermasalah, apabila Bulog tidak mampu melakukan penyerapan gabah petani secara maksimal. Termasuk dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500/kg.

 

Amran mengatakan pembelian gabah sebesar Rp5.500/kg seperti yang terjadi saat ini di Kabupaten Bantul bisa menyebabkan kerugian besar. Dia taksir kerugiannya hingga Rp25 triliun karena terdapat selisih sebesar Rp1.000/kg. (jpc/c1)

 

Tags :
Kategori :

Terkait