JAKARTA - Pemerintah ingin menekan biaya impor energi yang kini bisa mencapai Rp 500 triliun per tahun.
Beberapa langkah dilakukan guna menekan biaya impor itu, seperti salah satunya dengan mengoptimalkan sumur minyak yang ada dan menggunakan teknologi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, biaya impor energi sebesar Rp 500 triliun per tahun terjadi karena produksi terangkut atau lifting minyak mentah dalam negeri menurun.
Hal ini membuat Indonesia harus mengeluarkan devisa senilai Rp 500 triliun untuk melakukan impor minyak.
Bahlil pun memaparkan ada tiga langkah yang akan dilakukan untuk menekan biaya impor energi tersebut.
"Langkah pertama yakni dengan melakukan lifting minyak, dengan memaksimalkan sumur minyak yang tidak terpakai atau menganggur untuk diaktifkan kembali," ucap Bahlil dikutip dari Antara, Selasa (15/10).
Pemerintah mencatat ada 44.900 sumur di Indonesia, dan 16.600 di antaranya memiliki kondisi idle.
Sebanyak 5.000 sumur bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi minyak dalam negeri.
Kedua, yakni sumur yang sedang beroperasi harus diintervensi dengan teknologi kekinian untuk meningkatkan kapasitas dan ketika, yakni mempercepat proses eksplorasi.
Bahlil menambahkan, proses eksplorasi harus dipercepat terutama di wilayah Timur Indonesia. Namun, ia menyebut biaya eksplorasi ini sangat tinggi, sehingga ia menyebut akan memangkas regulasi.
"Cost eksplorasi itu sangat tinggi dan kita butuh cepat. Nanti juga beberapa regulasi yang menghambat proses eksplorasi juga akan dipangkas untuk menarik minat investor," paparnya.
Sebelumnya, pemerintah juga telah memangkas izin eksplorasi dari 320 izin menjadi 140 izin untuk menarik minat investor.
"Ini akan kita perpendek lagi agar investor masuk. Kalau tidak ada tawaran kompetitif, ya bagaimana investor bisa masuk," pungkasnya.(beritasatu/nca)