Dikatakannya, saat ini harga komoditas kopi mencapai 70 ribu rupiah per kilogram dalam bentuk kering atau green bean, sementara rata-rata produktivitas kopi petani mencapai 3 hingga 4 ton per hektare.
Terkait hal ini, ia menginginkan petani terus meningkatkan produksinya hingga 8-9 ton perhektare agar kesejahteraannya meningkat.
“Paling penting adalah produktivitas per-hektarnya harus naik, yang masih 1 hektar, 1 ton, 2 ton, harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton. Tetapi ingat, ini tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis,” katanya.
Lanjut presiden, pemerintah telah menyiapkan alokasi pupuk subsidi yang kini naik 2 kali lipat dari yang tadinya 4,5 juta menjadi 9,5 juta.
Kenaikan tersebut diharapkan menjadi pemicu produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun mancanegara.
Menurutnya, itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat sehingga produktivitas perhatiannya bisa naik.
“Ingat kita memiliki 1,2 juta hektare kopi, baik Robusta maupun Arabica, di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Kendati begitu, Presiden ingin produksi kopi yang dilakukan ini masuk pada tahap industri atau hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah atau pendapatan petani kopi itu sendiri. (mlo/c1/abd)