Sebuah Kutipan Singkat

-Ilustrasi Freepik -

“Iya Bi. Makasih ya.“ 

Beberapa menit setelah aku selesai mandi, aku ingin mengisi perutku. Tapi bubur dan susu hangatku tak ada di atas meja, seperti apa yang aku perintahkan kepada Bi Dian. Apakah sudah Bi Dian pindahkan ke dapur?

Aneh. Kenapa bisa hilang secara tiba-tiba? Kemarin boneka dan kue, sekarang bubur dan susu hangat. Tidak masuk akal. Seperti disihir oleh seseorang, tapi siapakah yang melakukan hal sejahat itu? 

***

Hari ini cukup melelahkan, dengan semua agenda yang padat. Seusai aku membersihkan diri, aku berbaring di atas kasurku dengan segelas teh hangat dan buku yang baru kubeli tadi. Tiba-tiba aku teringat kejadian kemarin. Semua itu masih menjadi teka-teki di pikiraanku.

Tiba-tiba perutku terasa lapar, aku beranjak dari kasur dan pergi ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan. Aku membuka lemari makanan, tapi tidak ada cemilan satu pun. Apa stok cemilanku sudah habis? Bi Dian lupa membeli sepertinya. Akhirnya aku mengambil 2 buah apel dan pisang. 

Saat aku kembali ke kamar, aku melihat tehku habis, seperti ada orang yang meminumnya. Kamar ini terasa horor. Kejadian makanan hilang tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. 

Sebentar, ini jejak kaki siapa? Aku berjalan mengikuti jejak kaki yang membekas di lantai kamar. Jejak itu mengarah ke jendela, lalu ke arah luar. Aku mengikuti jejak itu hingga berhenti di sebuah gubuk kecil tak jauh dari rumahku. Perlahan aku membuka pintu kecil itu. Terdapat kain yang sudah lusuh, beberapa botol bekas, dan boneka yang diberikan Yaffa. Aku memandang sekeliling isi ruangan itu. Gelap dan bau.

“ Halo? Ada orang di sini? “ 

“ Dug!“ Suara benturan terdengar dari dalam. 

“ Halo. Tolong jawab saya.“ 

“ I iya di sini.“ Terdengar suara anak kecil yang begitu lemah. Ternyata ia sedang duduk di pojok. Wajahnya lesu, pakaiannya kotor, seperti tak pernah diurus. Ternyata anak kecil inilah pelaku dari semua barang yang hilang. Tiba-tiba seseorang menyentuh pundakku. Seorang ibu tua. Penampilannya seperti anak kecil itu. Sepertinya ia orang tuanya. 

Kakiku gemetar, takut. Ibu itu menudingkan sebuah pisau tajam, ia terlihat ingin membunuhku.

“Pergi kau dari sini, atau pisau ini akan menusuk dadamu!“ Suaranya terdengar serius. Tanpa jawaban, aku meninggalkan tempat itu. Sesampainya di rumah aku segera tidur dan menutup jendela rapat-rapat. Kejadian tadi membuatku takut. 

***

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan