Sebuah Kutipan Singkat

-Ilustrasi Freepik -

“Gila, Yaff, gue ga nyangka ternyata orang itu yang ngelakuin, dan gue belom pernah ketemu orang itu sebelumnya.“ 

Hari ini Yaffa memutuskan untuk mengerjakan tugas di rumahku. 

“Ya emang lo 24 jam di sini Cak? Lo kadang keluar kota. Barangkali pas lo di luar kota, dia keluyuran. Untung lo nggak kenapa-kenapa. Tapi ga ada salahnya kalo kejahatan dibales kebaikan, Cak.“

“Maksudnya?“

 

***

Aku membuka lemari persedian makanan. Kemarin Bi Dian sudah membeli semuanya. Aku teringat anak kecil tadi malam. Sepertinya untuk beberapa saat ini mereka tidak akan kembali untuk mengambil makanan di rumahku karena aku sudah tahu mereka. Apakah aku yang perlu memberi mereka? Kasihan jika mereka tidak makan. Akhirnya aku mengambil beberapa roti, susu, buah dan makanan lainya. 

Saat aku ingin melangkahkan kaki mendekati gubuk itu, aku teringat ibu yang memegang pisau. Jika aku mendatangi mereka, kemungkinan aku akan ditusuk. Aku punya jalan lain. Makanan yang kubawa, kutaruh di depan gubuk itu. Kuselipkan kertas kecil berisi tulisan semoga cukup, sehat-sehat ya kalian.  Lalu aku meninggalkan tempat itu. 

Akhirnya hal itu menjadi kebiasaanku tiap hari karena merekalah yang membuatku sadar tentang arti bersyukur. Aku yang mampu seperti ini saja masih sering mengeluh, merasa selalu kurang, menghambur-hamburkan uang. Memang benar, jika kita berada di titik paling atas pun tidak akan pernah merasa bersyukur. Padahal, apapun yang kita dapat, kurus, gendut, miskin, kaya, jelek, cantik, harus tetap kita syukuri. 

Kisah ini adalah kutipan singkat yang diberikan Tuhan untukku. Begitu banyak nikmat yang perlu disadari keberadaannya karena pada akhirnya yang kaya pun akan kehilangan hartanya saat ia mati. 

 

 

 

Tag
Share