Sebuah Kutipan Singkat
-Ilustrasi Freepik -
Karya Annisa Syifa Malabbi
Cuaca malam ini sangat tidak mendukung, membuat semua pekerjaan terasa malas untuk dikerjakan. Padahal, banyak deadline yang harus segera aku kejar, mulai dari tugas kuliah, laporan perusahaan, sampai dengan persiapan meeting rabu besok. ‘Si ambisius’ orang-orang sering memanggilku dengan sebutan itu. Aku seorang pengusaha muda yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang ada pada diriku.
Rasanya perutku lapar sekali. Aku meranjak dari tempat duduk menuju dapur. Aku memandang isi tempat persediaan makanan. Terdapat gandum, susu, dan beberapa makanan lainya. Bahkan, di meja makan Bi Dian sudah menyiapkan beberapa hidangan makan malam. Tapi itu semua tidak menarik perhatian perutku yang sangat lapar ini.
“Bi, bisakah Ica meminta tolong?“
Ica adalah panggilan masa kecilku. Dahulu saat usiaku 1 tahun, aku belum mahir dalam pengucapan. Annisa nama panggilanku meleset menjadi Ica. Hingga saat ini nama itu sudah menjadi kebiasaan, terutama saat aku memanggil diriku sendiri.
“Iya Mbak. Ada yang bisa dibantu?“
BACA JUGA:Losmen Eyang Putri
Bi Dian namanya. Ia yang selalu melayaniku setiap saat. Ia jauh lebih tua dariku. Dengan begitu, aku tetap berusaha bersikap sopan terhadapnya.
“Apa Bibi laper? Aku mau memesan makanan.“ Tanyaku sambil menunjukan beberapa menu di teleponku. “Nah ini. Bi Dian pasti suka.“
“Maaf Mbak. Bibi sudah makan.”
“Ya udah kalau Bibi nggak mau, aku pesen sendiri aja ya?”
Bi Dian membalas dengan anggukan.
Setelah sedikit berbincang dengan Bi Dian aku kembali kekamar untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang kutunda tadi sembari menunggu pesanan datang. Tak lama kemudian terdengar suara bel rumah. Setelah mengambilnya, aku menghabiskan dengan lahap. Dengan perut yang sudah terisi membuatku kembali semangat mengerjakan pekerjaan.
Jam istirahat adalah waktu paling berharga karena dalam 24 jam aku hanya bisa beristirahat 3 sampai 4 jam saja. Hari-hariku penuh dengan aktivitas yang padat.