Mengenal Bonsai Legundi, Bonggol Unik Harga Makin Melejit

TUMBUH OPTIMAL: Batang bonsai legundi yang tangguh jadi salah satu fitur kesukaan kolektor. Karena itu, perlu diperhatikan kecukupan unsur hara dan lime sulfur. -FOTO POHON MUNGIL/IST-

Bonsai legundi termasuk pohon endemik Indonesia. Keberadaannya semakin jarang ditemui di habitat aslinya. Saat ini pebonsai berusaha membudidayakan kembali pohon tersebut agar keberlangsungannya terjaga.

BATANG yang kuat dan mempunyai garis-garis mengikuti lekukan menjadi kekhasan bonsai legundi. Warna batang yang cerah membuat guratan garis batang legundi makin kentara. Legundi dikenal sebagai pohon dengan banyak manfaat. ”Bijinya bisa untuk obat antinyamuk dan bunganya bisa untuk teh,” kata pebonsai Alifiman Eratama kepada Jawa Pos.

 

Pada era 1990-an, legundi mulai marak dikembangkan sebagai bonsai. Kini mulai langka. ”Jadi, pebonsai juga kesulitan dapat lengundi sekarang,” kata Alifiman. Sejak 2016, ia baru berhasil mengumpulkan dan membudidayakan 10 pot bonsai legundi.

Tanaman legundi bukan jenis yang rewel. Batangnya yang tangguh memang menjadi fitur kesukaan kolektor. Namun, bonsai legundi tetap punya syarat khusus. Yakni, perawatan unsur hara dan lime sulfur. Bila ingin bonsai legundi tumbuh optimal, unsur hara wajib ditambah secara berkala. 

”Termasuk haus hara banget, jadi enam bulan bisa dua kali ganti media,” kata pemilik Pohon Mungil itu. Berbeda dengan jenis bonsai lain yang biasanya cukup dilakukan sekali per semester. Bila tidak taat jadwal, bonsai legundi bisa kehilangan salah satu rantingnya saat proses pressing dan trimming.

Pada habitat aslinya, legundi dikenal sebagai tanaman yang tangguh. Tanaman ini justru tumbuh di sekitar area cadas dan banyak batu. ”Minim air pun nggak masalah,” sambungnya.  Tapi, saat dipindah sebagai bonsai, kebiasaan legundi berubah drastis. Dia haus air dan unsur hara.

Selain itu, Alifiman juga berbagi tips menjaga kekuatan batang dengan lime sulfur. Batang legundi dikenal dengan keroposnya. Walau menarik mata karena coraknya yang tak biasa, keropos tersebut harus diberi nutrisi. Cairan lime sulfur bisa dioleskan di bagian yang keropos agar tak makin rapuh. ”Frekuensi pengolesannya bergantung kualitas sulfurnya,” sambung pria yang juga menekuni dunia seniman instalasi itu.

 

Dia mengatakan, lime sulfur buatan Jepang cenderung lebih awet melapisi batang bonsai. Hingga satu tahun. Tapi, ada juga yang butuh polesan baru tiap bulan. ”Yang penting, sering dicek batangnya supaya enggak kelamaan tanpa lapisan,” paparnya.

Salah satu bonsai legundi miliknya memiliki bonggol di bagian tengah tanaman. Bonsai legundi jarang memiliki bonggol yang besar. Alih-alih bonggol di bagian tengah, bonsai legundi dengan bonggol unik tentu dibanderol dengan harga yang memukau. 

Pohon setinggi 80 cm itu dijual seharga Rp 35 juta. Usianya juga tidak muda. Dia memperkirakan pohon tersebut sudah melebihi 50 tahun dari karakter batangnya yang sangat keras. Alifiman mengatakan, bonggol tersebut tercipta saat pohon legundi masih di habitat aslinya. Pebonsai biasanya hanya fokus membentuk cabang-cabang tanaman. ”Kalau bonggol memang sudah aslinya begitu. Jadi memang sulit dan langka,” paparnya. (jpc/nca)

Artikel ini telah tayang di jawapos.com berjudul Bonsai Legundi, Pohon Bonsai Endemik dengan Corak Keropos dan Bonggol Unik Bikin Harganya Melejit

Tag
Share