Ramadan dan Estetika Kemanusiaan

Ichwan Adji Wibowo, S.Pt., M.M.--

Oleh: Ichwan Adji Wibowo, S.Pt., M.M.

(Ketua PCNU Bandarlampung sekaligus Camat Telukbetung Selatan dan Plt. Kadis Kelautan dan Perikanan Kota Bandarlampung)

 

PUASA Ramadan yang Allah SWT hadirkan terutama ditujukan kepada umat yang beriman. Sesungguhnya puasa membawa pesan menjadi bagian ekspresi luapan kecintaan Tuhan kepada hamba-Nya.

Sepanjang satu bulan penuh, Tuhan menyediakan waktu khusus pada setiap tahun, agar hamba-Nya yang punya keyakinan diberikan kesempatan mengarungi proses reorientasi penciptaan atas dirinya sebagai manusia. 

Puasa selama sebulan tersebut juga menjadi momentum interaksi transidental setiap hambanya yang beriman kepada Tuhan-nya secara lebih intens, lebih interaksi dan bermakna, bahkan lebih melelahkan jiwa.

 Manusia diciptakan oleh Allah dengan derajat kemuliaan yang lebih tinggi dibanding makhluk lainnya (akhsani taqwim).  

BACA JUGA:Hukum Perempuan Salat di Masjid

Mula-mula Tuhan menciptakan manusia sebagai hamba, yang diharuskan menaati setiap perintah dan apapun larangan-Nya. 

Sebagaimana yang termaktub dalam Alquran Surat Adz-Dzariyat Ayat 56: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Pada konteks berikutnya, Tuhan juga menciptakan manusia dengan beban misi menjadi khalifah, menerima tugas melindungi eksistensi umat dan kemanusiaan serta menjaga alam semesta dengan mengelola keseimbangan ekosistem yang diciptakan Tuhan.

Sementara manusia diciptakan Tuhan dalam konstruksi yang paripurna, yakni tidak hanya jasad tapi juga terdiri dari dimensi ruh, nafs, qolbu dan akal. 

Upaya menjaga keseimbangan atas konstruksi kosmik manusia dalam berbagai dimensi tersebut akan menjadi elan vital bagi capaian derajat kemuliaan manusia di sisi Allah SWT, yang menjadi prasyarat menunaikan tugas berikutnya menjaga keseimbangan ekosistem jagat raya.

BACA JUGA:Cara Dapatkan Gizi Seimbang Saat Puasa

Tag
Share