Global Talent Competitiveness Index Indonesia di Posisi 75, Masuk Best Performance di Tiga Pilar

EKSPOS KINERJA: Dirjen Diksi Kemendikbudristek Kiki Yuliati dalam Lokakarya dan Ekspos Kinerja Kemitraan dan Penyelarasan Pendidikan Vokasi di Jakarta-FOTO ISTIMEWA -

Dalam Talent Competitiveness Index 2023

JAKARTA - Indonesia berhasil naik peringkat dalam Indeks Kebersaingan Talenta Global Indonesia atau Global Talent Competitiveness Index 2023. Indonesia melompat 14 peringkat.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati mengungkapkan dari hasil studi INSEAD 2023 menempatkan Global Talent Competitiveness Index Indonesia di posisi 75, naik 14 peringkat dari sebelumnya di posisi 89 pada 2018. ’’Kenaikan ini merupakan terbesar kedua di dunia setelah Albania. Jadi, Indonesia negara kedua tertinggi setelah Albania. Kita naik 14 peringkat, Albania 16 peringkat,” ujar Kiki dalam Lokakarya dan Ekspos Kinerja Kemitraan dan Penyelarasan Pendidikan Vokasi di Jakarta.

BACA JUGA:Amuse XIV SMA Al Kautsar, 3.089 Pelajar Ikut 29 Cabang Lomba

Menurut Kiki, ada enam pilar yang menjadi perhitungan dalam Global Talent Competitiveness Index. ’’Yakni bagaimana negara memberdayakan talent, menarik talent, mendorong pertumbuhan talent, menahan talent, vocational training skill, dan global knowledge. Dari enam pilar itu, Indonesia masuk dalam best performance di tiga pilar dalam memberdayakan, pertumbuhan, dan Indonesia hebat dibandingkan negara-negara lain dalam vocational skills,” jelasnya.

Lebih lanjut Kiki mengungkapkan, vokasi selama ini kerap dimaknai sebagai pencetak sumber daya manusia (SDM) untuk siap kerja. Yang kerap kali membuat posisi vokasi selalu di belakang industri. Ketika industri sudah melompat maju, vokasi baru mau mengikuti. ”Begitu terus. Mau sampai kapan?” katanya.

BACA JUGA:Itera Berharap Inovasi Teknologi Dikembangkan di Daerah, Ini Respons Kemendagri!

Karena itu, Kiki tak ingin pendidikan vokasi diposisikan untuk sekadar mendengarkan dan memenuhi apa yang dibutuhkan industri. Kiki ingin pendidikan vokasi berjalan bersama-sama industri untuk membangun keselarasan pada masa mendatang dalam menjawab tantangan.

”Pendidikan vokasi sudah tidak lagi berada di belakang, mendengarkan apa yang diinginkan industri. Tapi, harus sudah berada bersama-sama, berdampingan dengan industri, lalu menciptakan sesuatu yang lebih baik,” paparnya.

Selain itu, kata Kiki, ke depan vokasi tidak lagi berfokus menciptakan lulusan siap kerja. ’’Tapi, juga menyiapkan SDM yang siap menghadapi tantangan. Hal ini bisa dilakukan dengan penguatan pendidikan how to learn dan how to think,’’ ungkapnya. (jpc/c1/ful)

 

 

 

Tag
Share