One of the Standards of Beauty
-Ilustrasi Sketchpedia/Freepik-
"Ayo, kita kerjakan sekarang saja. Jika tidak, kita akan pulang larut malam," ajak Alvin. “Sudah 20 menit berlalu tapi kita tidak ada yang bergerak. Bagaimana kita bagi tugas saja? Saya akan membelah kayu untuk membuat bingkai kertasnya, lalu Gitta dan Licy menggambar peta. Asteria dan Bayu akan mewarnainya, selanjutnya Vano menulis penjelasan tentang negara tersebut," sambungnya.
"Mama, aku akan menggambar peta suatu negara tapi aku tidak tahu akan menggambar negara apa. Aku ingin negara yang jarang digambar seseorang," kata Licy kepada ibunya yang ternyata sudah memperhatikan kegiatan mereka sedari tadi.
Sekarang seluruh atensi teralihkan kepada ibunda Licy.
"Kalo seperti itu, kita bisa menggambar negara Ghana, salah satu negara di Afrika Barat."
"Kenapa kita harus menggambar negara tersebut? Bukankah penduduk di sana berkulit hitam? Seperti dia," tanya Licy sembari menunjuk Gitta.
“Penduduk di sana rata-rata memiliki kulit yang berwarna gelap. Selain itu, Ghana merupakan negara yang penduduknya paling damai di Afrika. Oleh karena itu, kamu tidak bisa hanya menilai seseorang dari fisik saja. Kamu tahu tidak, di negara lain, perempuan dari Ghana justru menjadi standar kecantikan bagi negara lain. Kulit eksotis, hidung kecil, dan mancung serta tubuh yang berisi sangat diidamkan oleh orang-orang Eropa."
"Sekarang kamu harus meminta maaf kepada Gitta. Dia akan tersakiti dengan ucapanmu. Kalian semua harus bisa berteman dengan baik walau banyak perbedaan di antara kalian," sambung ibu Licy.
Mata Gitta mulai berkaca-kaca mendengar perkataan ibunda Licy. Secara tidak langsung Ibu Licy membelanya. Gitta amat senang. Mereka semua menghampiri Gitta dan meminta maaf atas semua perilaku yang sudah membuat Gitta sakit hati, terutama Licy.
*****