Lesunya Aktivitas Pedagang Terompet Jelang Tahun Baru

Potret aktivitas pedagang terompet di berbagai tempat jelang malam tahun baru. -FOTO-FOTO DOK JAWAPOS/Net-
BACA JUGA:KPU RI Rubah Metode Pemungutan Suara 4 Wilayah Luar Negeri
Biasanya, sambungnya sepekan sebelum tahun baru atau setelah perayaan natal, pedagang sudah banyak yang mengambil barang di tempatnya.
“Saya juga enggak tau kenapa. Biasanya setelah natal sudah ramai. Tapi ini baru tiga bakul yang ambil,” ujarnya.
Dijelaskan dia, terompet yang belum terjual akan dia jajakn sendiri langsung ke masyarakat umum. Lokasinya di depan Balai Desa Cemani.
Dia mengaku membuat terompet hanya sampingan saja. Pekerjaan utamanya adalah menjual es teh.
Membuat terompet sudah dilakoninya sejak tahun 1990 an. Saat ini masih eranya Presiden Soeharto.
Terompet yang dibuatnya hanya dijual Rp 150 saja per buahnya.
Dulu, kata dia, peminat terompet sangatlah ramai. Sampai-sampai, menjelang tahun baru dia bisa mempekerjakan 10 karyawan dengan produksi 5 ribu terompet.
Terompet buatan Rajiman juga sering dipesan di hotel-hotel pada momen tahun baru saat itu.
"Dulu saya punya 10 karyawan. Nanti jual terompetnya berjejer gitu. Sekarang sudah tidak punya (karyawan). Sudah tidak laku lagi," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, dia pun berbagi tips dalam pembuatan terompet. Di mana, bahan baku untuk membuat terompet, didatangkan langsung dari Purwanto, Wonogiri.
Bunyi terompet dihasilkan dari bambu yang sudah dipotong per lima centimeter dan diselipkan kertas.
Harga bahan baku ini juga terus meningkat. Tentu akan membuatnya susah dan merugi ketika, terompetnya tidak terjual.
Karenanya, dia akan menyimpannya di tempat yang aman hingga tahun depan dijual kembali.
"Naiknya lumayan. Kertas emas 1 kilogramnya dulu Rp 50 ribu, kini hampir Rp 100 ribu. Bambu tulupnya, 1.000 potong harganya Rp 60 ribu," jelasnya.