Thrift Fashion Jadi Gaya Hidup Anak Muda

RAMAI: Aktivitas tempat perbelanjaan thrifting di Jalan Kayu Manis, Kelurahan Sepangjaya, Kecamatan Wayhalim, Bandarlampung, Jumat (24/10).--FOTO MK-M. NABIL MAMNUN/RLMG

’’’Saya dulu sering cari baju thrift di Jalan Kayu Manis, tempatnya sudah ramai dari dulu. Jadi sekalian buka usaha sendiri,” ujar Doni ditemui di tokonya, Jumat (24/10).

 

Menurut Doni, peluang bisnis thrift cukup menjanjikan karena sudah ada pasar dan pembeli setia di sekitar kawasan tersebut. ’’Kalau di sini, orang sudah tahu tempatnya thrift. Jadi enggak susah cari pembeli,” katanya.

 

Doni menuturkan, omzet penjualan per bulan bisa mencapai Rp5 juta meski harus bersaing dengan banyaknya toko baru di sekitar area Jalan Kayu Manis. ’’Sekarang agak turun, soalnya banyak toko baru buka juga di daerah sekitar sini,” ungkapnya.

 

Menurut Doni, satu bal baju berisi 200–250 potong bisa jadi ladang rezeki sekaligus hiburan karena setiap bongkar stok selalu ada kejutan tersendiri.

 

Doni mengaku kadang menemukan barang langka seperti kaos band vintage atau merek luar seperti Stussy yang banyak dicari pemburu fashion unik. ’’Kalau ketemu barang kayak gitu, ya senang banget, apalagi kalau pembeli tahu nilainya,” ujarnya.

 

Terpisah, pemilik Al-Thrift Shop, Vinca Chandra Arsy, menyebut bisnis thrift bukan hanya sekadar jual-beli. Tapi, juga soal kepuasan menemukan barang bermerek dengan harga murah. ’’Kadang nemu yang mereknya Uniqlo atau Zara, tapi tetap dijual murah. Paling sekitar lima puluh ribuan,” ucapnya.

 

’’Kalau untuk harga yang lain biasanya kisaran paling murah 25 ribu, paling mahal celana ada yang 75 ribu,” tambah Vinca.

 

Vinca mengatakan, pelanggan senang karena bisa tampil keren tanpa perlu mengeluarkan uang banyak. ’’Orang nggak ngerasa beli bekas, soalnya barangnya bagus-bagus. Asal rajin nyari aja,” katanya.

Tag
Share