Internet Indonesia Lebih Mahal tapi Lambat

Ilustrasi internet di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).- FOTO ANTARA/YULIUS SATRIA WIJAYA -

 

Kedua, terlalu banyak pengguna dalam satu jaringan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Ketika terlalu banyak pengguna mengakses jaringan secara bersamaan, kapasitas jaringan menjadi penuh sesak dan kecepatan koneksi menurun drastis. Kurangnya peningkatan kapasitas jaringan untuk mengimbangi pertumbuhan pengguna memperburuk situasi ini.

 

Ketiga, harga bandwidth internasional masih tinggi. Sebagian besar konten internet yang diakses masyarakat Indonesia masih di-hosting di luar negeri, terutama di Amerika Serikat dan Singapura. Akibatnya, data harus melewati kabel bawah laut dan server internasional dengan biaya tinggi.

 

Berbeda dengan Singapura atau Korea Selatan yang telah membangun Content Delivery Network (CDN) dan pusat data lokal, Indonesia masih sangat bergantung pada koneksi internasional, yang turut membuat harga layanan lebih mahal.

 

Keempat, minimnya investasi jangka panjang oleh ISP. Banyak penyedia layanan internet (ISP) di Indonesia lebih fokus pada perluasan pasar daripada peningkatan kualitas jaringan. Mereka bersaing harga untuk menarik pelanggan baru, namun tidak menambah kapasitas jaringan secara proporsional.

 

Akibatnya, walau pelanggan bertambah, performa jaringan menurun. Kurangnya investasi juga menyebabkan teknologi lama masih dipertahankan, memengaruhi biaya pemeliharaan dan kualitas layanan.

 

Kelima, persaingan antar-penyedia masih terbatas. Meski ada beberapa penyedia besar, tingkat kompetisi antar provider internet di Indonesia masih rendah. Minimnya kompetisi membuat harga tetap tinggi karena tidak ada tekanan pasar untuk menurunkannya.

 

Di Singapura, sebaliknya, kompetisi yang ketat antar perusahaan telekomunikasi menghasilkan harga lebih terjangkau dan layanan lebih cepat.

 

Tag
Share