Internet Indonesia Lebih Mahal tapi Lambat

Ilustrasi internet di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).- FOTO ANTARA/YULIUS SATRIA WIJAYA -
Ironisnya, di balik mahalnya tarif tersebut, kecepatan internet Indonesia berada di posisi kedua paling lambat di Asia Tenggara.
Ketidakseimbangan ini memperlihatkan bahwa biaya operasional dan investasi yang dikeluarkan penyedia layanan belum sepadan dengan kualitas yang dirasakan konsumen.
Tingginya tarif per Mbps menjadi tantangan serius bagi upaya transformasi digital nasional dan pemerataan akses internet berkualitas.
Pemerintah bersama penyedia layanan dituntut untuk mengevaluasi ulang struktur biaya dan meningkatkan efisiensi agar masyarakat dapat menikmati layanan broadband yang lebih terjangkau dan cepat, sejalan dengan tren harga internet di kawasan ASEAN.
Saat ini, tarif layanan internet di Indonesia bahkan lebih mahal dibandingkan Kamboja yang sebelumnya dianggap memiliki biaya tinggi.
Untuk layanan dengan kecepatan tertentu, Indonesia menawarkan harga mulai dari Rp 14.895 hingga Rp 43.500 per Mbps, angka yang cukup mencolok dibandingkan negara lain di kawasan.
Ada bebera faktor mengapa internet di Indonesia tertinggal dalam hal kecepatan sekaligus memiliki tarif yang tinggi. Pertama, infrastruktur internet yang belum merata dan mahal. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung telah memiliki jaringan fiber optik dan teknologi 5G. Namun, sebagian besar wilayah pedesaan dan luar Jawa masih bergantung pada jaringan lambat seperti 2G atau 3G.
Penyebabnya adalah biaya pembangunan infrastruktur di daerah terpencil yang sangat tinggi serta tantangan geografis seperti pegunungan dan hutan lebat. Untuk menghadirkan internet ke seluruh penjuru Indonesia dibutuhkan biaya besar, sehingga berdampak langsung pada mahalnya tarif layanan.