Babe Lukman, Penjaga Warisan Budaya Betawi di Tengah Hiruk Pikuk Ibu Kota

Lukman Hakim, seniman ondel-ondel. -Foto Beritasatu /Erfan Maruf -

Lukman menjelaskan proses pembuatan miniatur itu cukup teliti. Setelah botol dicuci dan dipotong dua, bagian bawahnya dijadikan badan, sementara bagian atas digunakan untuk kepala. Wajah ondel-ondel digambar di tutup galon dan diberi warna sesuai karakter—hitam untuk laki-laki dan putih untuk perempuan. Bagian telinga dibuat dari tutup galon, hidung dari gabus, dan tangan memakai stik es krim. Kepala dihiasi kertas warna-warni dan pita agar tampak semarak.

 

Setelah jadi, ondel-ondel dikemas rapi dalam plastik atau tabung bening. Lukman menjualnya dengan harga antara Rp25.000 hingga Rp35.000 per pasang.

 

Meski tidak bisa memastikan jumlah produksi tiap bulan, pesanan kadang bisa melonjak drastis. “Bulan Februari kemarin pernah dapat pesanan 100 pasang. Tapi tergantung orderan, tidak menentu,” katanya.

 

Dari hasil penjualan itu, Lukman bisa menambah penghasilan sekitar Rp1,5 juta per bulan. “Lumayan buat bantu istri belanja. Soalnya saya masih kerja jadi satpam juga,” ujarnya dengan nada syukur.

 

Ketekunannya membuat nama Babe Lukman dikenal luas di kalangan pecinta budaya Betawi. Kabar tentang sanggar dan karyanya menyebar dari mulut ke mulut. Kini, miniatur ondel-ondelnya dipasarkan di sekitar 10 toko resmi di Jakarta, ditambah beberapa kerabat dan tetangga yang ikut membantu menjual.

 

“Kalau ada teman atau saudara yang mau ikut jualan, saya kasih harga lebih murah biar mereka juga dapat keuntungan,” tuturnya.

 

Bagi Lukman, menjaga budaya Betawi bukan sekadar soal seni, tapi juga bentuk cinta terhadap identitas leluhur yang harus terus dijaga agar tidak hilang ditelan zaman.(beritasatu/nca) 

 

 

Tag
Share