Sopir Truk di Bandar Lampung Keluhkan Antrean Panjang BBM Solar Setiap Hari

Antrean panjang kendaraan truk di SPBU Way Lunik, Bandar Lampung, membuat sopir harus menunggu hingga berjam-jam untuk mendapatkan solar. – FOTO LEO DAMPIARI/RTV--
“Kalau SPBU biasanya menerima 8 KL dan ditambah menjadi 15 KL, otomatis kuota bisa habis lebih cepat. Jadi distribusi memang disesuaikan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dinas ESDM Lampung telah mengajukan usulan penambahan kuota solar ke BPH Migas melalui surat yang saat ini menunggu persetujuan gubernur. Tambahan kuota yang diajukan mencapai 9,6 persen dari kuota tahunan, yakni 70.698 KL.
“Tambahan ini diperkirakan cukup sampai Desember. Sebab hingga Agustus saja, konsumsi sudah 15 persen lebih tinggi dari kuota bulanan, dan secara tahunan melebihi sekitar 4 persen,” ungkapnya.
Ia menegaskan, tambahan kuota solar diharapkan benar-benar digunakan sesuai peruntukan, bukan untuk kepentingan spekulatif.
“Peningkatan konsumsi solar mencerminkan tumbuhnya perekonomian. Namun, pengawasan harus diperketat agar tidak ada penyalahgunaan,” tandasnya.
Tercatat, total konsumsi solar sejak Januari hingga Agustus 2025 sudah mencapai 509.836 KL atau 65,42 persen dari kuota tahunan sebesar 779.260 KL.
Dari pantauan, SPBU yang menjual solar subsidi dalam beberapa minggu terakhir ramai dipadati kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun kendaraan barang.
Antrean panjang kendaraan kembali terlihat di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Provinsi Lampung dalam beberapa hari terakhir.
Ya, antrean tersebut, karena kendaraan akan mengisi jenis bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi Bio Solar yang menjadi pemicu utama penumpukan kendaraan, terutama truk angkutan barang dan kendaraan niaga lainnya.
Dari pantauan Radar Lampung, antrean kendaraan tampak mengular hingga ke bahu jalan di beberapa SPBU kawasan strategis seperti Jalan Sultan Agung, By Pass Soekarno-Hatta, Panjang, hingga wilayah Teluk.
Banyak kendaraan besar yang menunggu giliran pengisian, memicu kemacetan dan keluhan dari para pengemudi.
Meski demikian, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim bahwa stok BBM bersubsidi, termasuk Bio Solar, sejauh ini masih dalam kondisi aman.
“Memang terlihat antrean, tapi itu karena faktor teknis di lapangan, seperti keterlambatan pengiriman dari Pertamina ke SPBU, atau kendaraan yang secara bersamaan memilih SPBU tertentu karena faktor lokasi dan kuota besar,” ungkap Kabid Energi Dinas ESDM Lampung, Sopan Sopian Atiek, saat dikonfirmasi Rabu (11/6).
Ia mengatakan, SPBU yang berada di jalur-jalur padat seperti kawasan industri atau jalan lintas biasanya mendapatkan kuota lebih besar. Hal ini membuat truk-truk besar kerap berkumpul di titik-titik tersebut, menciptakan kesan kelangkaan akibat menumpuknya permintaan dalam waktu bersamaan.
“SPBU di jalur lintas memang sering digunakan, karena dekat dengan rute pengangkutan logistik. Tapi dari sisi distribusi dan penyaluran, kami masih dalam batas aman,” jelasnya.