Kredit BNI Tumbuh 7,1%, Capai Rp779 Triliun

Ilustrasi rupiah--FOTO ANTARA
JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) memamerkan kinerjanya pada Public Expose 2025 yang diadakan Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten dengan kode saham BBNI tersebut berhasil mempertahankan kinerjanya di tengah ketidakstabilan ekonomi.
Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo mengatakan, secara umum, kinerja perseroan stabil di tengah kondisi makroekonomi dan likuiditas industri yang penuh dinamika.
“Hingga akhir Juni 2025, BNI telah menyalurkan kredit mencapai Rp779 triliun atau tumbuh 7,1% secara year on year pada segmen-segmen berisiko rendah dan mulai terdiversifikasi di semua segmen. Ekspansi kredit yang sehat ini ditopang oleh pertumbuhan dana murah atau CASA yang tumbuh 18,7% secara year on year,” jelas Paolo pada Public Expose daring, Senin (8/9).
Lebih lanjut, Paolo mengatakan tabungan menjadi fokus perseroan dalam membangun struktur pendanaan murah. Nilai tabungan BNI tumbuh 10,5% secara tahunan, mencapai Rp 266 triliun. Menurutnya, pertumbuhan ini didorong oleh transformasi digital dan transformasi cabang yang dijalankan sejak tahun lalu.
Sementara itu, giro tumbuh solid 25,1% secara year on year dan menghasilkan rasio CASA BNI pada level 72%. Penyaluran kredit yang prudent menghasilkan kualitas aset yang tetap resilient. Hal ini tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) yang turun menjadi 1,95% sebagai dampak strategi perbaikan proses underwriting kredit pada sektor-sektor berisiko rendah.
“Permodalan BNI juga masih sehat, terlihat dari rasio kecukupan modal atau total CAR berada di level 21,1%. Permodalan yang sehat ini memberi ruang bagi kami untuk meningkatkan dividend payout ke level 65% dari sebelumnya 50%,” tambah Paolo.
Terakhir, Paolo menyebut sejumlah rasio keuangan BNI lainnya masih terjaga. Return on Equity (RoE) berada di level 12,8%, sementara loan to deposit ratio (LDR) di level 86,2%.
“Untuk rasio net interest margin (NIM), mengalami penurunan menjadi 3,8% pada semester I tahun ini. Penyebab utamanya adalah persaingan dana pihak ketiga yang semakin ketat, sementara kondisi ekonomi belum optimal. Hingga semester I 2025, kami mampu membukukan laba bersih senilai Rp8,1 triliun,” pungkas Paolo. (beritasatu.com/c1)