Jatuh-Bangun Gudang Garam

PT Gudang Garam Tbk.--FOTO GGRM
Tepat saat masa kejayaan industri rokok, pada 2019, laba bersih Gudang Garam bahkan mencapai Rp10,8 triliun dengan harga saham nyaris menyentuh Rp90.000 per lembar.
Berdasarkan Laporan Tahunan (Annual Report) perseroan, berikut adalah kinerja laba Gudang Garam selama 10 tahun terakhir. Pada 2016 Rp6,67 triliun; pada 2017 Rp7,75 triliun; pada 2018 Rp7,79 triliun; pada 2019 Rp10,8 triliun; pada 2020 Rp7,64 triliun; pada 2021 Rp5,60 triliun; pada 2022 Rp2,78 triliun; pada 2023 Rp5,32 triliun; pada 2024 Rp980,8 miliar; dan pada 2025 Rp117 miliar (semester I).
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir kinerja keuangan Gudang Garam terus menurun. Penjualan rokok anjlok drastis, terutama karena kenaikan cukai serta maraknya peredaran rokok ilegal yang jauh lebih murah.
Meskipun kerugian perusahaan tidak tercatat, laba Gudang Garam ikut terjun bebas. Berdasarkan data, laba Gudang Garam turun 81,57% dari Rp5,32 triliun pada 2023 menjadi Rp980,8 miliar pada 2024.
Penurunan ini berlanjut hingga semester I 2025, di mana labanya hanya mencapai Rp117 miliar. Penurunan kinerja ini juga berimbas pada kekayaan pemiliknya yang terus terkikis.
Di sisi lain, manajemen PT Gudang Garam sejauh ini belum melaporkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) di lingkungan pabrik operasionalnya kepada pemerintah.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menanggapi kabar viral mengenai PHK di perusahaan rokok tersebut.
Airlangga menjelaskan, sejumlah industri saat ini memang tengah melakukan modernisasi dalam kegiatan operasionalnya, termasuk industri rokok. Pemerintah, kata dia, akan terus memantau perkembangan isu tersebut.