Jatuh-Bangun Gudang Garam

PT Gudang Garam Tbk.--FOTO GGRM
Tepat pada 27 Agustus 1990, perusahaan ini resmi melantai di 2 pasar modal sekaligus, yakni Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang kini tergabung dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).
Meski menjadi perusahaan publik, mayoritas sahamnya tetap dikuasai keluarga melalui PT Suryaduta Investama.
Bahkan, perusahaan ini juga terbukti tangguh saat krisis moneter 1998. Gudang Garam berhasil bertahan karena sebagian besar bisnisnya berada di dalam negeri. Sehingga meminimalisasi utang luar negeri.
Di bawah kepemimpinan generasi kedua, Susilo Wonowidjojo, perusahaan ini terus berkembang dan tidak hanya fokus pada rokok. Tapi, juga merambah bisnis lain seperti jalan tol, dengan mendirikan PT Surya Kerta Agung.
Selain itu, perusahaan ini juga memiliki anak perusahaan lain, yaitu PT Surya Dhoho Investama (SDHI) yang membangun Bandara Dhoho Kediri, meskipun sampai saat ini masih sepi penerbangan.
Bahkan, Susilo menjadi langganan dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Pada 2024, tercatat kekayaannya mencapai USD2,9 miliar atau sekitar Rp46 triliun.
Selama bertahun-tahun, Gudang Garam dikenal sebagai salah satu perusahaan paling menguntungkan di Burs Efek Indonesia (BEI) dengan laba mencapai triliunan rupiah setiap tahun dan rutin membagikan dividen besar meskipun harga sahamnya juga relatif tinggi.