Gabah Lampung Masih Keluar Daerah, Perpadi Minta Penegak Perda Bergerak

Ketua DPD Perpadi Lampung Midi Iswanto-FOTO IST-

RADAR LAMPUNG - Praktik nakal oknum-oknum yang membawa Gabah Lampung keluar daerah masih terjadi.

Hal ini diutarakan oleh Ketua DPD Perpadi Lampung Midi Iswanto, Kamis 21 Agustus 2025. 

Berdasarkan laporan, adanya mobil mobil boks yang menunggu petani panen dan langsung membawa gabah ke luar daerah. 

"Jadi itu ada mobil boks. Laporannya tadi sore, mengangkut gabah-gabah langsung dari petani. Dan dibawa keluar daerah. Saya kira ini lah yang membuat harga Beras akhirnya susah turun dan tetap mahal," ujarnya.

BACA JUGA:KPPU Minta Larangan Ekspor Gabah Dicabut, Perpadi Lampung Angkat Bicara

Midi mengatakan, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap tindakan oknum yang tidak bertanggungjawan ini. 

"Penegak regulasi daerah (Perda) juga harus bergerak ini. Ini berbahaya, karena mereka memanipulasi dengan mobil boks itu. Kan tertutup," Kata dia. 

Menurutnya, pengusaha lokal saat ini mengalami dilema lantaran sulit bersaing dengan harga tinggi dari oknum pembeli gabah. "Ada yang laporan, mereka itu berani ambil harga gabah hampir Rp7 ribu per kilogramnya. Ini kalau kita ikuti mencekik, kalau tidak produksi juga kita memikirkan bagaimana nasib tenaga kerja yang bisa dibilang tidak sedikit ini,"  ungkapnya lagi. 

Dikatakan Midi, imbas dari beras yang dijual langsung keluar daerah itu akan membuat harga tinggi. Yang muaranya kearah kenaikan inflasi. Sementara, pemerintah khususnya Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), sudah memberi atensi agar pemda menjaga kestabilan bahan pokok agar tidak terjadi inflasi. 

BACA JUGA:Bulog dan Perpadi Kerja Sama Serap 2,1 Juta Ton Beras

"Kalau tidak dijaga juga kan akan berdampak pada Inflasi. Sementara, kondisinya seperti ini. Dugaannya juga terjadi kong kalikong di pelabuhan itu agar bisa nyeberang barang itu," ujarnya.

Ditambah lagi, saat ini Anggota Perpadi di Lampung sudah sekitar 50 persen yang berhenti beroperasi. "Karena tingginya harga bahan baku. Itu pun berebut. Kalau penggilingan ikit beli melebihi HET ya salah juga. Kalau menurunian kualitas tentu lebih salah. Ini kan kacau jadinya. Tenaga kerja berhenti nggak ada kerjaan sementara bunga Bank terus berjalan," keluhnya. (abd)

Tag
Share