Tabungan Dibekukan, Warga Mengamuk

Radar Lampung Baca Koran--
Linda (37), ibu rumah tangga asal Sukarame, mengaku kaget ketika mengetahui informasi soal pemblokiran rekening secara massal. ’’Saya langsung ambil semua uang saya di bank. Takut sewaktu-waktu diblokir tanpa pemberitahuan. Ini bukan melindungi, tetapi seperti menjebak masyarakat,” ujarnya kesal.
Menurut Linda, masyarakat kecil tidak memahami sepenuhnya alasan di balik kebijakan tersebut. Ia menyayangkan tidak adanya sosialisasi terlebih dahulu, sehingga menimbulkan kepanikan massal.
Senada dengan Linda, Bagas (41), pedagang sembako di Way Halim, menilai tindakan PPATK terlalu tergesa-gesa dan tidak berpihak pada rakyat kecil.
“Kalau alasannya untuk memberantas pencucian uang, ya harus jelas sasarannya. Jangan semua ikut kena. Yang jadi korban ya rakyat biasa seperti kami, mending ditarik takut diblokir lagi” katanya.
Bagas bahkan menyebut dirinya sempat mengalami kesulitan saat akan menarik dana usaha karena proses verifikasi yang lebih rumit pasca kebijakan tersebut.
Sementara itu, Rian (28), karyawan swasta asal Kemiling, mengaku kini tak lagi percaya menyimpan uangnya di bank. “Saya udah tarik semua. Lebih baik simpan tunai saja. Kalau alasannya demi keamanan negara, kenapa malah rakyat sendiri yang jadi korban? Kami bukan penjahat, kenapa kami yang dihukum?” cetusnya.
Lebih lanjut, Rian menyebut banyak temannya kini beralih menyimpan uang di celengan konvensional atau menyebarkannya ke berbagai dompet digital.
’’Banyak teman saya yang bilang lebih aman simpan di dompet elektronik kayak e-wallet, karena prosesnya cepat dan enggak ribet. Bahkan ada yang pilih simpan di celengan biar bisa langsung dipegang,” katanya. (hdk/mel/c1/yud)