Pengusaha Ritel di Mal Keluhkan Fenomena Rojali dan Rohana

ROJANA: Sejumlah mall atau pusat perbelanjaan tengah dipusingkan dengan adanya fenomena pengunjung yang hanya datang berkunjung saja tanpa membeli barang apapun.-Foto Bianca Chairunisa/Disway -

JAKARTA - Dalam kurun waktu beberapa minggu ini, sejumlah mall atau pusat perbelanjaan tengah dipusingkan dengan adanya fenomena pengunjung yang hanya datang berkunjung saja tanpa membeli barang apapun.
Tak hanya jarang membeli saja, rombongan ini juga sering datang hanya untuk menanyakan harga produk saja tanpa membeli barang ditanyakan tersebut.
Dilansir dari media sosia TikTok, dua fenomena ini seringkali disebut sebagai fenomena Rojali” dan “Rohana, yang berarti “Rombongan Jarang Beli” dan “Rombongan Hanya Nanya”.
Dengan maraknya fenomena ini, sejumlah pedagang juga turut mengungkapkan keluh kesahnya akan keberadaan rombongan tersebut.
Salah satunya adalah Ratna Dewi, seorang pedagang gadget dan aksesoris elektronik yang bertempat di Lantai 3 pusat perbelanjaan Grand ITC Permata Hijau, Jakarta Pusat.
Menurut Ratna, beberapa pedagang lain termasuk dirinya dalam sehari bisa beberapa kali mendapati rombongan pengunjung Rohana dan Rojali yang datang ke toko-nya.
“Biasanya nanya harga, seringnya nanya harga Casing HP atau earphone,” jelas Ratna ketika ditemui oleh Disway di lokasi, pada Jumat 25 Juli 2025. Fashion
Lebih lanjut, Ratna juga mengakui bahwa fenomena ini memang sangat menbuat dirinya sempat
“ITC (Permata Hijau) ini kan memang udah sepi ya, ini ditambah lagi orang dateng nanya harga aja gak beli. Tapi ya kita terima aja,” pungkasnya.
Jadi Tren Terkini
Menanggapi fenomena ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut mengakui bahwa fenomena Rohana dan Rojali ini memang sudah menjadi tren tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia.
Menurutnya, saat ini memang banyak masyarakat yang datang ke pusat perbelanjaan atau Mall hanya untungnya sekedar membeli makan saja.
“Trennya kebanyakan itu sekarang makanan, makanya kan banyak mal yang memperbanyak kuliner,” jelasnya kepada media di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat.
Selain itu, dirinya juga menambahkan bahwa konsumsi masyarakat juga terindikasi masih terpengaruh oleh suasana event Natal dan Tahun Baru, yang jaraknya berdekatan. “Kan event Natal dan Tahun Baru kemarin jaraknya terlalu deket,” ucapnya.
Hal serupa juga turut diungkapkan oleh Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto. Menurutnya, gaya hidup masyarakat saat ini memang cenderung lebih menjurus ke arah aktivitas kuliner.
“Pola belanja masyarakat sesuai dengan event tertentu, untuk itu akan dipersiapkan lagi program seperti untuk Nataru,” jelas Haryo ketika dihubungi oleh Disway.
Bukan Fenomena Baru
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja sendiri mengungkapkan bahwa fenomena Rohana dan Rojali ini sebenarnya bukanlah fenomena baru di kalangan masyarakat Indonesia, melainkan fenomena yang sudah ada sejak dulu.
Dalam hal ini, dirinya menjelaskan bahwa fenomena ini sendiri memang semakin mengalami peningkatan dalam kurun waktu beberapa waktu ini imbas daya beli masyarakat yang semakin menurun.
“Kondisi ini sebenarnya selalu terjadi setiap saat. Penurunan pasti ada, karena cenderung pada beli produk-produk yang murah harganya,” jelas Alphonzus.
Hal berbeda justru datang dari Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah.
Menurutnya, fenomena Rojali ini justru merupakan keuntungan tersendiri bagi sektor kuliner di pusat perbelanjaan atau Mall, yang omsetnya bertambah dengan adanya kehadiran pengunjung yang lelah berjalan-jalan. “Orang kan capek jalan-jalan, akhirnya haus atau lapar. Jadi ya ketemunya di F&B,” jelas Budihardjo. (disway/yud)

Tag
Share