Beras Oplosan Picu Gagal Ginjal hingga Stunting! Ahli Sebut Anak Bisa Lemot dan Anemia

Konsumsi beras oplosan dalam jangka panjang dapat merusak hati, ginjal, hingga memicu kanker. -Foto Pixabay-

Untuk itu, Ngabila mendesak pengawasan ketat peredaran beras, terutama jelang momentum tertentu. "Masyarakat juga perlu cermat memilih beras: hindari yang terlalu putih, berbau tengik, atau mudah hancur," imbaunya.

 

Cerdas Mengenali Beras Oplosan: Tips dari Ahli

(Berdasarkan Pedoman BPOM & Kementan)

1. Waspadai Warna Terlalu Putih atau Mengkilap

Beras berkualitas baik memiliki warna alami: putih susu atau kekuningan. Jika Anda menemukan beras yang terlalu putih bersih seperti kapur atau permukaannya mengilap tidak wajar, ini patut dicurigai. Kilau berlebihan sering menunjukkan penggunaan pemutih kimia (klorin) atau lapisan lilin. Untuk memastikan, remas sedikit beras di telapak tangan—jika meninggalkan serbuk putih, segera hindari.

2. Cium Aromanya Sebelum Membeli

Beras segar mengeluarkan aroma khas yang netral atau sedikit harum. Hindari beras dengan bau tengik, amis, atau mirip bahan kimia (misalnya: bau obat atau logam). Bau tidak sedap ini bisa menjadi tanda beras sudah lama disimpan, terkontaminasi mikroba, atau dicampur zat sintetis.

3. Perhatikan Tekstur dan Kekuatan Butiran

Beras premium memiliki butiran utuh, padat, dan tidak mudah patah. Sebaliknya, beras oplosan sering tercampur butiran rusak, rapuh, atau berongga. Coba tekan satu butir beras dengan kuku—jika mudah hancur atau terbelah, kualitasnya rendah. Juga, perhatikan apakah ada bintik kebiruan/kehijauan yang mengindikasikan pewarna tekstil.

4. Lakukan Uji Rendam Air Sederhana

Rendam 1 sendok makan beras dalam air bening selama 30 menit. Pada beras asli:

• Air tetap jernih

• Butiran mengembang merata

• Tidak ada butiran mengapung

Tag
Share