Dia Milikmu Bukan Milikku
ILUSTRASI FREEPIK-ILUSTRASI FREEPIK-
Linda Candra Pritia
SMAN 1 Labuhan Ratu, Lampung Timur
Berawal dari ketidaksengajaanku mencintainya, aku tahu dia dari cerita temanku. Kala itu aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan meskipun dia berada di sekitarku. Tidak tahu kenapa, aku merasa dia sangat jauh dariku.
Namun, aku sangat bersyukur karena aku masih bisa merasakan sebuah cinta walaupun hanya dalam diam. Seperti pagi ini, aku melihatnya sedang bersenda gurau bersama teman-temannya. Rasanya bagaikan sebuah kuncup bunga yang mekar disapa matahari pagi.
Sebelum aku melanjutkan cerita, perkenalkan, namaku Viona. Aku adalah gadis biasa yang mencintai pria bernama Theo. Tanpa kusadari ia telah mengubah kehidupanku.
Aku hanya bisa melihatnya di saat sekolah dan mendengar cerita tentangnya dari temanku yang satu kelas bersamanya. Itu sudah sangat membuatku bahagia. Aku memang belum pernah berbicara langsung dengannya. Saat bertemu dengannya di kantin, aku berusaha untuk mengontrol ekspresi dan detak jantungku karena di saat seperti itulah saat-saat yang sangat membahagiakan bagiku.
Ada kalanya aku merasa sangat bahagia ketika melihatnya dan ada kalanya juga aku sangat sedih ketika melihatnya berbincang dengan gadis lain. Iya, aku tahu dia pasti tidak mengenalku dan aku juga bukan siapa-siapanya. Akan tetapi, dadaku terasa sesak dan sedikit sakit saat melihat hal seperti itu. Apakah ini yang namanya cemburu? Aku juga tidak tahu karena aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Pemalu adalah kata yang sangat cocok untuk diriku yang tidak berani mengajaknya berbicara. Kami memang satu sekolah, satu lokasi yang sama dan ruang kelas kami berdekatan. Akan tetapi, aku merasa dia sangat jauh dariku. Apakah karena dia bukan untukku? Atau karena dia adalah milik orang lain? Aku juga tidak tahu akan hal itu. Begitu banyaknya rencana Tuhan yang akan membuat semua manusia terkejut.
Memandangnya dari jauh sudah cukup untuk menyembuhkan rindu yang kutahan. Mencari segala informasi tentangnya, mencari apa yang ia suka, semua aku lakukan. Aku pun berharap bisa langsung mengobrol bersamanya. Namun sayang sekali, itu hanya angan-anganku saja. Aku hanya berani melihat punggunggnya dari belakang dan tidak berani menatap matanya.
Satu tahun, aku mencintainya dalam diam. Sampai suatu hari, saat jam pelajaran fisika, guru kami sedang berbincang dan bersenda gurau. Dalam gurauannya ia mengatakan bahwa ada pacar Theo di kelasku.
Setelah guru fisika berkata seperti itu, seketika pula semua tatapan mata tertuju padaku. Itu yang aku rasa. Namun nyatanya tidak. Tatapan mata mereka bukan tertuju kepadaku, melainkan kepada teman sebangkuku, Sara. Aku langsung menatapnya dan otakku masih mencerna apa yang terjadi. Kemudian aku bertanya kepadanya.
"Sara, apa yang terjadi? Apa maksudnya itu?" tanyaku yang masih bingung dengan situasi ini.
"Jawab aku, Sara! Apa itu benar?" tanyaku lagi yang masih tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi sambil sedikit mengguncangkan tubuhnya.