Vietnam Akan Blokir Telegram Mulai Juni 2025, Dianggap Tak Kooperatif Tangani Kejahatan Digital

Pemerintah Vietnam menilai Telegram menjadi sarang aktivitas ilegal dan tidak mematuhi aturan berbagi data pengguna. -FOTO IST -
HANOI – Pemerintah Vietnam mengumumkan akan memblokir aplikasi perpesanan Telegram mulai Juni 2025. Keputusan ini diambil karena Telegram dinilai tidak kooperatif dalam menangani kejahatan digital dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pengguna di negara tersebut.
Menurut laporan dari portal berita pemerintah, Departemen Telekomunikasi di bawah Kementerian Sains dan Teknologi Vietnam telah mengirim surat resmi kepada penyedia layanan internet. Surat tertanggal 21 Mei itu memperingatkan bahwa platform Telegram menunjukkan “tanda-tanda pelanggaran hukum” dan memerintahkan penyedia layanan untuk mulai mengambil tindakan pemblokiran serta melaporkannya kembali paling lambat 2 Juni 2025.
“Hampir 70 persen dari 9.600 saluran di Telegram di Vietnam berisi informasi berbahaya dan beracun,” ungkap pemerintah dalam surat tersebut.
Pemerintah menuduh beberapa grup Telegram telah menyebarkan dokumen antinegara, terlibat dalam aktivitas reaksioner, menjual data pribadi pengguna, berdagang narkoba, serta menjalin kontak dengan jaringan teroris.
Langkah pemblokiran ini dinilai sebagai bagian dari upaya keras pemerintah Vietnam yang dikenal represif terhadap kebebasan berekspresi, khususnya di ranah digital. Tahun lalu, pemerintah juga memberlakukan aturan baru yang mewajibkan platform seperti Facebook dan TikTok untuk memverifikasi identitas pengguna dan menyerahkan data kepada otoritas.
Menanggapi rencana pemblokiran ini, perwakilan Telegram menyatakan keterkejutan mereka. “Kami telah merespons permintaan hukum dari pemerintah Vietnam tepat waktu. Batas waktu tanggapan adalah 27 Mei, dan kami masih memproses permintaan tersebut,” ujar pihak Telegram.
Sementara itu, seorang pejabat dari Kementerian Sains dan Teknologi menyebut bahwa pemblokiran dilakukan karena Telegram gagal memenuhi permintaan berbagi data sebagai bagian dari penyelidikan kriminal yang sedang berlangsung.
Data dari situs DataReport mencatat ada 79,8 juta pengguna internet di Vietnam pada awal 2025, dengan sekitar 11,8 juta pengguna Telegram menurut SOAX, perusahaan analitik data.
Telegram, yang kini memiliki hampir satu miliar pengguna global, kerap terlibat dalam kontroversi internasional terkait konten ekstremis dan pelanggaran privasi. Pendiri Telegram asal Rusia, Pavel Durov, bahkan dilaporkan ditahan di Paris atas tuduhan gagal mengendalikan penyebaran konten ekstrem di platformnya, dan kini masih berada di Prancis dalam pengawasan otoritas setempat. (disway/c1/abd)