ASEAN Kompak Hadapi Kebijakan Trump

Donald Trump-foto net-

//Prabowo Bareng Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunei Bahas Tarif Impor AS//

JAKARTA - Presiden RI Prabowo Subianto bersama pemimpin empat negara anggota ASEAN lainnya berkomunikasi untuk membahas respons terhadap kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik dari Amerika Serikat (AS) yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada beberapa waktu lalu.

Dalam menghadapi hal tersebut, Prabowo bertukar pandangan dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong.

”Hari ini saya berkesempatan melakukan diskusi melalui telepon dengan para pemimpin negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Singapura, untuk memperoleh pandangan dan mengoordinasikan tanggapan bersama mengenai masalah tarif timbal balik oleh Amerika Serikat (AS),” ujar Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dalam akun Instagram @anwaribrahim_my, dikutip Minggu, 6 April 2025.

Ia juga mengatakan bahwa pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang akan digelar pada Minggu depan akan menindaklanjuti pembicaraan terkait solusi terbaik menghadapi penerapan tarif resiprokal AS tersebut. 

”Insyaallah, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN minggu depan akan terus membahas masalah ini dan mencari solusi terbaik bagi seluruh negara anggota,” sambungnya.

BACA JUGA:Kemendagri Tegaskan Komitmen Penuhi Dukungan untuk Kelancaran PSU Pilkada

Adapun, tarif resiprokal yang dikenakan AS terhadap negara-negara ASEAN yaitu Malaysia dan Brunei Darussalam 24%, Filipina 17%, Singapura 10%, Kamboja 49%, Laos 48%, Vietnam 46%, Myanmar 44% dan Thailand 36%.

Penerapan tarif dagang sebesar 32 persen yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, tidak ayal telah mendorong sejumlah besar negara termasuk Indonesia melakukan evaluasi menyeluruh dari berbagai sudut pandang kebijakan dan kelembagaan.

Menurut Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Dosen FEB Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Freesca Syafitri, dari sisi ekonomi politik sendiri, penting bagi Indonesia untuk memperkuat kapasitas tawarnya dalam sistem perdagangan global.

“Ketergantungan struktural terhadap pasar besar seperti Amerika Serikat harus disertai dengan upaya diversifikasi mitra dagang dan penguatan posisi diplomasi ekonomi dalam forum-forum multilateral seperti WTO dan G20,” jelas Freesca ketika dihubungi oleh Disway, pada Sabtu 5 April 2025.

“Kemampuan untuk melakukan negosiasi bilateral yang berbasis kepentingan nasional akan menjadi modal penting dalam menghadapi gelombang proteksionisme baru ini,” tambahnya.

Dari sisi policy feedback sendiri, Freesca menambahkan bahwa kebijakan ini menjadi cermin yang menunjukkan kelemahan dan tantangan dalam struktur kebijakan tarif Indonesia sendiri.

BACA JUGA:BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Tiga Hari ke Depan di Lampung

Tag
Share